Catatan-catatan Menarik Liga 1 Musim Ini

Tengku SufiyantoTengku Sufiyanto - Senin, 13 November 2017
Catatan-catatan Menarik Liga 1 Musim Ini
Bhayangkara FC resmi menjadi juara Liga 1. (PT Liga Indonesia Baru)

BolaSkor.com - Kompetisi kasta tertinggi sepak bola Indonesia, Liga 1 musim ini telah resmi berakhir. Bhayangkara FC keluar sebagai juara Liga 1 musim ini dengan keunggulan head to head dari Bali United FC, dengan koleksi poin yang sama, yakni 68 poin.

Statistik mencatat, ada 882 gol yang terjadi dari 305 pertandingan. 1296 adalah jumlah kartu kuning yang keluar dari saku wasit. Lalu da 60 kartu merah yang keluar dari saku wasit.

Tak hanya itu, sejumlah catatan-catatan menarik terjadi di Liga 1. Catatan tersebut berupa kisah positif dan negatif, serta cerita senang dan sedih selama Liga 1 musim ini bergulir.

Berikut rangkumannya yang telah disusun BolaSkor.com, dalam catatan-catatan menarik Liga 1 musim ini:

Juara Liga 1, Bhayangkara FC. (PT LIB)

1. Polemik Regulasi Marquee Player, U-23, dan Pembatasan Usia

Liga 1 musim ini merupakan awal kompetisi kasta tertinggi sepak bola Indonesia memakai regulasi marquee player. Marquee player adalah sosok mantan pemain bintang yang pernah bermain di tujuh kompetisi elite Eropa (Liga Premiere Inggris, Serie A Italia, La Liga Spanyol, Liga Portugal, Ligue 1 Prancis, Eredivisie Belanda, dan Liga Belgia).

Marquee player tidak termasuk ke dalam regulasi kuota pemain asing 2+1 (2 pemain non-Eropa dan 1 pemain Asia). Artinya dengan kata lain, sebuah klub bisa memiliki empat pemain asing.

Regulasi marquee player sejatinya dilakukan untuk menaikkan kualitas sepak bola Indonesia di mata dunia, baik dari segi bisnis hingga faktor di lapangan. Marquee player bisa memberikan pengalamannya yang pernah bermain di kompetisi elite Eropa kepada para pemain Indonesia.

Alih-alih dengan pondasi positif, regulasi marquee player justru dimanfaatkan beberapa klub untuk menambah kuota pemain asing. Tak hanya itu, marquee player pun dimanfaatkan untuk ajang bisnis se-mata. Bukan atas dasar kebutuhan tim.

Michael Essien saat memperkuat Persib Bandung. (PT LIB)

Contohnya Persib, Tim Maung Bandung sebenarnya membutuhkan sosok striker sebagai pengganti Sergio van Dijk yang mengalami cedera panjang akibat turnamen Piala Presiden 2017, Namun, Persib justru merekrut Michael Essien yang notabenenya merupakan gelandang bertahan.

Mantan pemain Real Madrid ini pun malah masuk ke dalam aji mumpung lingkaran bisnis dengan perusahaan ojek online yang menjadi sponsor Liga 1, yakni Gojek. Essien menjadi bintang iklan Gojek yang beberapa sahamnya dimiliki oleh Glen Sugita, Direktur Utama PT Persib Bandung Bermartabat (PBB).

Kedatangan Essien juga membuat Persib bisa memiliki empat pemain asing, yakni Carlton Cole (Inggris), Shohei Matsunaga (Jepang), Vladimir Vujovic (Montenegro), dan Essien sendiri (Ghana).

Untung saja, Essien dapat memberikan kontribusi positif bagi Persib. Ia merupakan sosok sentral lini tengah Tim Maung Bandung dengan koleksi lima gol.

Namun, ada beberapa marquee player yang mampu menunjukkan kualitasnya, yakni Wiljan Pluim (PSM Makassar), Peter Odemwingie (Madura United FC), dan Nick van Der Velden (Bali United).

Timnas Indonesia U-22 SEA Games 2017. (PSSI)

Tak hanya regulasi marquee player, ada kebijakan atau regulasi pemain u-23 yang membuat banyak polemik. Pro dan kontra sering terjadi saat regulasi ini diadakan dan dihapuskan.

Seperti diketahui, setiap klub Liga 1 wajib memiliki lima pemain U-23, tiga di antaranya harus menjadi starter hingga bermain selama 45 menit. Lalu pergantian pemain pun diubah tidak sesuai statuta laga resmi kompetisi menurut FIFA. Dari tiga pemain menjadi lima pemain. Alasannya, ini merupakan jawaban dari aspirasi peserta kompetisi atas permintaan federasi nasional tentang regulasi lainnya. Untungnya, FIFA menyetujui permintaan PSSI soal pergantian pemain tersebut.

Tujuan regulasi ini memang dilakukan untuk membentuk Skuat Timnas Indonesia U-22 asuhan Luis Milla, guna mengikuti SEA Games 2017.

Pada awalnya, ada lahir pro dan kontra dari beberapa klub Liga 1. Ada beberapa pemain U-23 yang menjadi andalan klub. Ada juga pemain akademi klub peserta Liga 1 dipaksakan naik ke senior hanya untuk menjadi pemain setia di bangku cadangan, demi mengakali regulasi tersebut.

Lalu ketika bermain, ada beberapa klub yang memainkan pemain U-23 karena kebutuhan teknik dan strategi. Ada pula yang mengakali regulasi ini dengan memainkan tiga pemain U-23 sebagai starter, setelah itu menggantinya di akhir babak pertama atau awal babak kedua.

Lucunya, regulasi ini dihapus sementara oleh PSSI saat berjalannya kompetisi di pertengahan musim. Alasannya, karena Skuat Garuda Muda sudah terbentuk. Pro dan kontra pun kembali lahir. Ada yang setuju, ada pula yang tidak setuju.

Rezaldi Hehanusa (ketiga berdiri dari kanan), produk bagus hasil regulasi U-23. (PT LIB)

Ada beberapa klub beralasan regulasi ini dihapus sangat bagus, mengingat para pemain mudanya sudah ikut pemusatan latihan Timnas U-22. Mereka beralasan mau ke mana lagi mencari pemain muda yang sesuai skema permainan dengan jangka waktu cepat. Namun, ada beberapa klub yang justu tak setuju. Mereka menilai PSSI inkonsisten.

Akhirnya, regulasi ini dihapus usai Timnas U-22 berlaga di SEA Games 2017 dengan raihan medali perunggu. Kuota pergantian pemain pun berubah dari lima menjadi tiga.

Meski begitu, sejumlah bintang muda Indonesia lahir dari regulasi ini. Sebut saja macam Rezaldi Hehanusa (Persija Jakarta), Satria Tama (Persegres Gresik United), hingga Osvaldo Haay (Persipura Jayapura).

Bambang Pamungkas saat membela Persija Jakarta. (PT LIB)

Terakhir ada regulasi batasan pemain 35 tahun. Setiap klub hanya boleh memiliki pemain dengan umur di atas 35 tahun. Regulasi ini dianggap mematikan karier pemain gaek secara paksa. Namun pada akhirnya, regulasi ini berjalan hingga Liga 1 usai.

2. Gonta-ganti Pelatih

Sepanjang kompetisi Liga 1 musim ini, hal yang menarik lainnya adalah soal pergantian pelatih. Banyak klub peserta Liga 1 melakukan pergantian pelatih.

Kali ini tercatat hanya ada empat tim yang tidak mengganti pelatihnya. Artinya, sang pelatih memimpin timnya dari awal musim hingga pertandingan terakhir selesai.

Stefano Cugurra Teco, salah satu dari empat pelatih yang bertahan hingga akhir musim Liga 1. (PT LIB)

Empat tim yang dimaksud adalah Bhayangkara FC (Simon McMenemy), PSM Makassar (Robert Rene Alberts), Persija Jakarta (Stefano Cugurra Teco), dan Madura United FC (Gomes de Oliviera). Uniknya, keempat tim ini masuk ke dalam jajaran lima besar klasemen akhir Liga 1 musim ini. Hanya Bali United FC (posisi kedua) yang mengganti pelatih di jajaran lima besar, yakni Widodo Cahyono Putro menggantikan Peter Hans Scaller.

3. Catatan Sedih Suporter

Kompetisi kasta tertinggi sepak bola Tanah Air masih menyisakan cerita sedih dari kalangan suporter, terutama pagelaran Liga 1 musim ini. Ada cerita sedih di mana ada suporter yang menjadi korban.

Cerita itu dimulai ketika Persib Bandung menjamu Persija Jakarta, pada pekan ke-16 Liga 1 di Stadion Si Jalak Harupat, Soreang, Kabupaten Bandung, 22 Juli 2017. Laga Persib-Persija melahirkan warna perseteruan di dalam dan luar lapangan. Selain sarat gengsi, laga klasik ini kerap diwarnai perselisihan dua suporter kedua tim, The Jakmania (Persija) dan Bobotoh (Persib).

Laga panas Persib Bandung Vs Persija Jakarta di pekan ke-16. (PT LIB)

Seorang Bobotoh bernama Ricko Andrean mengalami pengeroyokan oleh beberapa oknum suporter Persib, lantaran pria berusia 19 tahun itu meyelamatkan suporter Persija, The Jakmania yang hendak dikeroyok. Alhasil, Ricko dianggap sebagai Jakmania ketika itu. Ricko akhirnya menghembuskan nafas terakhir.

Kejadian itu membuat The Jakmania berniat melakukan damai dengan Bobotoh beserta Viking. Keduanya kini sedang dalam proses perdamaian suporter.

4. Selamat Jalan Choirul Huda

Liga 1 musim ini menginggalkan kisah sedih dan haru dari kepergian sosok kiper sekaligus legenda Persela Lamongan, Choirul Huda.

Choirul Huda meninggal dunia saat membela Persela menghadapi Semen Padang pada lanjutan laga Liga 1 di Stadion Surajaya, Lamongan, Minggu (15/10/17). Choirul Huda meninggal dunia usai mengalami trauma kaget, setelah berbenturan dengan bek tengah Persela, Ramon Rodrigues.

Choirul Huda. (Goal.com)

Saat itu, Choirul Huda dan Ramon sama-sama berniat menyelamatkan gawang Persela dari ancaman striker Semen Padang, Marcel Silva Sacramento. Sempat dilarikan ke rumah sakit, namun nyama Choirul Huda tidak bisa diselamatkan.

5. Sylvano Comvalius Pecahkan Rekor Peri Sandria

Striker Bali United FC, Sylvano Comvalius, melewati rekor legenda Timnas Indonesia, Peri Sandria. Rekor yang dimaksud adalah raihan gol terbanyak di kompetisi kasta tertinggi sepak bola Indonesia selama satu musim.

Aksi Sylvano Comvalius (kanan) saat membawa Bali United FC menang 1-0 atas PSM Makassar. (PT LIB)

Sylvano Comvalius berhasil mencetak 37 gol di Liga 1 musim ini. Sebelumnya, rekor tersebut dipegang Peri Sandria ketika membela Mastrans Bandung Raya di Liga Indonesia I tahun 1994, dengan raihan 34 gol selama satu musim.

6. Polemik Gelar Juara

Bhayangkara FC memang resmi menjadi juara Liga 1. Namun, ada polemik yang mengiringi perjalanan The Guardian menjadi juara.

Kisah itu berawal ketika Komdis PSSI memberikan sanksi bahwa Mitra Kukar menggunakan pemain tidak sah saat menghadapi Bhayangkara FC, yakni Mohamed Sissoko. Mantan pemain Liverpool itu diketahui terkena larangan bermain sebanyak dua laga oleh Komdis.

Alhasil, Komdis PSSI menyatakan Bhayangkara FC menang 3-0 atas Mitra Kukar. Saat itu pertandingan yang berlangsung di Stadion Aji Imbut, berkesudahan 1-1.

Mitra Kukar mengaku tidak ada nama Sissoko di Nota Larangan Bermain (NLB) yang dikeluarkan PT LIB sebelum pertandingan melawan Bhayangkara FC. Tim Naga Mekes mengaku tidak ada email masuk soal keputusan Komdis PSSI terhadap larangan bermain untuk Sissoko.

Bhayangkara FC menjadi juara Liga 1. (PT LIB)

Di pihak lain, Komdis sudah mengirimkan email tersebut pada tanggal 31 Oktober 2017. Bahkan, sebelum pertandingan melawan Bhayangkara FC.

Namun, masalah ini akhirnya terselesaikan pada rapat Anggota Eksekutif (Exco) PSSI di Makostrad, 09-10 November 2017. Hasilnya pun Mitra Kukar mengaku bersalah tidak membaca email keputusan Komdis PSSI soal larangan bermain Sissoko.

Di satu sisi, polemik itu berjalan, Bhayangkara FC keluar sebagai juara Liga 1 usai mengalahkan Madura United FC 3-1, pada laga tunda di Stadion Bangkalan, 08 November lalu. Perolehan poin The Guardian di klasemen sementara Liga 1 tidak bisa dikejar lagi oleh Bali United FC, meski masih menyisakan satu laga tersisa.

Bhayangkara FC yang sudah mengoleksi 68 poin tak mungkin lagi digeser Bali United FC (65 poin) dengan satu pertandingan sisa, lantaran keunggulan head to head. Meskipun The Guardian kalah dari Persija Jakarta, Minggu (12/11/17), dan Bali United menang atas Persegres Gresik United di hari yang sama.

Liga 1 Bhayangkara FC Persija jakarta Persib Bandung Choirul Huda
Ditulis Oleh

Tengku Sufiyanto

Pencinta sepak bola Indonesia.
Posts

14.798

Bagikan