Eksklusif 94 Tahun Persis Solo: Sepenggal Kisah Trofi Kejayaan yang Hilang

Tengku SufiyantoTengku Sufiyanto - Rabu, 08 November 2017
Eksklusif 94 Tahun Persis Solo: Sepenggal Kisah Trofi Kejayaan yang Hilang
Kapten Persis Solo era 1970-an, Hong Widodo (kanan) saat menghadapi Persib Bandung di Perserikatan 1977/78. (Dokumen Istimewa/Bolaskor.com/Nofik Lukman)

BolaSkor.com - Persis Solo merupakan salah satu klub yang memiliki sejarah panjang di kancah sepak bola Indonesia. Persis merupakan satu dari tujuh klub pendiri Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) pada tanggal 30 April 1930 di Yogyakarta.

Selain Persis yang dahulu bernama Vorstenlandsche Voetbal Bond (VVB), PSSI didirikan oleh enam organisasi sepak bola atau klub lainnya, yakni Voetbalbond Indonesische Jacatra (Persija Jakarta, Sjamsoedin), Persatuan Sepakraga Mataram (PSIM Yogyakarta, Daslam Hadiwasito, A.Hamid, M. Amir Notopratomo), Madioensche Voetbal Bond (PSM Madiun, Kartodarmoedjo), Indonesische Voetbal Bond Magelang (PPSM Magelang, E.A Mangindaan), dan Soerabajasche Indonesische Voetbal Bond (Persebaya Surabaya, Pamoedji).

Dalam catatan sejarahnya, VVB didirikan pada tanggal 8 November 1923 oleh Sastrosaksono dari klub Mars, R Ng Reksodiprojo, dan Sutaman dari klub Romeo.

Lima tahun ke depan, VVB mengganti nama menjadi Persatuan Sepak Bola Indonesia Solo. Selanjutnya, Persis mengikuti kompetisi Perserikatan pertama pada tahun 1931.

Kemudian, Persis menjadi klub yang cukup mendominasi tangga juara Perserikatan. Tercatat, klub berjuluk Laskar Sambarnyawa itu sudah mengoleksi tujuh gelar, yakni 1935, 1936, 1939, 1940, 1941, 1942, dan 1943.

Saksi Bisu Kejayaan Laskar Sambarnyawa Bernama Balai Persis

Balai Persis menjadi saksi bagaimana kiprah Persis saat Indonesia masih dalam masa penjajahan Belanda. Ada tujuh trofi zaman Perserikatan yang tersimpan di sana. Namun, kini hanya tersisa dua trofi yang tersimpan di Balai Persis, Jalan Gajah Mada, Kelurahan Ketelan, Kecamatan Banjarsari, Surakarta tersebut.

Salah satu piala yang cukup menarik, yakni kompetisi Perserikatan tahun 1939. Piala itu memiliki dua gagang di sisi kanan dan kiri layaknya trofi Liga Champions Eropa. Tulisannya Wissel Beker Obat Tjap Macan. Obat Tjap Macan merupakan produk obat kuat yang kala itu jadi sponsor utama kompetisi perserikatan 1939.

Selain itu, ada banyak piala yang masih bertuliskan bahasa Belanda. Ada pula piala dengan tulisan huruf aksara Jawa atau Tiongkok. Pada zaman dulu, hampir setiap tahun ada kejuaraan di luar kompetisi resmi yang diikuti Persis Solo.

"Mungkin ini baru setengah atau malah kurang dari total yang diraih Persis Solo. Banyak sekali yang hilang. Ada juga yang dibawa pulang pengurus pada zaman dulu. Terutama yang 1923-1950. Yang tersisa tinggal ini," terang pemain Persis Solo era 1960-70an, Hong Widodo.

Trofi Perserikatan milik Persis Solo. (BolaSkor.com/Nofik Lukman)

Yang cukup menarik, ada sebuah piala bertuliskan Klaten, 3 September 1923. Piala itu cukup kecil, seukuran cangkir. Bila piala itu benar diraih Persis yang awalnya bernama Vorstenlandsche Voetbal Bond (VVB), berarti Persis bukan lahir pada 8 November 1923, seperti yang tertulis dalam sebuah media massa di Museum Utrecht, Belanda.

Namun ada beragam versi tentang piala-piala yang ada di Balai Persis saat ini. Menurut pemerhati sepak bola Solo, Nikko Auglandy, dua klub lokal pendiri Persis Solo, PS Romeo dan PS Mars juga meletakkan beberapa pialanya di Balai Persis. Belum lagi klub Voetbal Bond Soerakarta (VBS) bentukan kolonial Belanda.

"Sulit untuk memastikan. Apalagi pelaku sejarahnya sudah tidak ada. Buku atau media massa pada saat itu juga sudah tidak ada di Monumen Pers, perpustakaan milik Mangkunegaran dan Keraton Kasunanan Surakarta. Yang valid ya tinggal koran di Museum Belanda," tutur Nikko.

Persis Lekat dengan Pemain Tionghoa

Banyak yang tidak tahu jika Persis lekat dengan para pemain dari etnis Tionghoa. Saat Persis berjaya era 1930-40-an, etnis Tionghoa tergabung dalam klub Solosche Voetbal Bond (SVB). Sama seperti VBS, mereka mengikuti kompetisi bentukan Belanda, NIVB (Nederlandsch Indische Voetbal Bond) dan NIVU (Nederlandsch Indische Voetbal Unie).

Baru setelah dua kompetisi Belanda itu dibubarkan tahun 1950, para pemain dari etnis Tionghoa membela Persis. Selain Hong Widodo, ada nama Tjin Boen, Tiong Liep, Ek Gwan, Kok Bie, Ping Djiang, Liong Ho, Tjin Boen, King Tjong hingga Santoso Widodo. Namun adanya peristiwa G30S/PKI pada tahun 1965 membuat para pemain dari etnis Tionghoa mulai pensiun satu per satu.

Persis Solo di Garut tahun 1951. (Bolaskor.com/Nofik Lukman)

"Dulu saat membela Persis Solo rasanya bangga sekali. Tidak berpikir yang namanya dapat uang berapa. Kita bangga bisa main lawan klub Inggris, Rusia, Tiongkok dan Australia yang datang ke Solo," tutur Hong Widodo.

Hong Widodo merupakan kapten Persis era 1974-1978. Sebelumnya, ada nama King Hian tahun 1963-1967 dan King Tjong tahun 1968-1973. Di usia yang ke-74 tahun, Hong Widodo kini masih menjabat sebagai bagian kepelatihan Asosiasi Kota (Askot) PSSI Surakarta.

Bagaimana pun, sejarah jangan sampai dilupakan. Manajemen Persis saat ini bagaimana pun harus berusaha mencari trofi-trofi yang entah di mana keberadaannya. Karena trofi tersebut adalah bukti kejayaan Persis Solo, terutama sepak bola Kota Surakarta. (Laporan Kontributor Nofik Lukman/Solo)

Persis Solo
Ditulis Oleh

Tengku Sufiyanto

Pencinta sepak bola Indonesia.
Posts

15.010

Bagikan