Polemik Ketum PSSI terhadap Pemain Indonesia yang Main di Luar Negeri: Jangan Khawatir Jenderal

Tengku SufiyantoTengku Sufiyanto - Minggu, 24 Desember 2017
Polemik Ketum PSSI terhadap Pemain Indonesia yang Main di Luar Negeri: Jangan Khawatir Jenderal
Ketum PSSI, Edy Rahmayadi. (Satupedia.com)

BolaSkor.com - Bola panas terus berputar di dalam dunia persepakbolaan Tanah Air, jelang tutup tahun 2017. Bola panas itu lahir dari pernyataan sikap Ketua Umum (Ketum) PSSI, Edy Rahmayadi terhadap para pemain Timnas Indonesia yang ingin berkiprah di luar negeri.

Awal cerita datang ketika beberapa pemain Indonesia diikat oleh klub-klub Asia Tenggara. Ada Evan Dimas dan Ilham Udin Armaiyn yang dikontrak oleh raksasa Liga Super Malaysia, Selangor FA. Kemudian, Ryuji Utomo yang diikat oleh klub Divisi II Liga Thailand, PTT Rayong FC.

Kabar tersebut ternyata tidak membuat Edy Rahmayadi merasa gembira 100 persen. Edy Rahmayadi menyesalkan keputusan ketiganya untuk bermain di luar negeri.

Meski mengizinkan Ryuji ke PTT Rayong FC secara tidak langsung, Edy Rahmayadi justru bertolak belakang terhadap Evan Dimas dan Ilham Udin. Ia mengeluarkan statement bahwa Evan Dimas dan Ilham Udin tidak mencerminkan sikap nasionalisme, jika bermain di luar negeri. Bahkan baru-baru ini, ia bakal mencoret keduanya atau pemain yang berkiprah di luar negeri.

Ilham Udin dan Evan Dimas setelah teken kontrak di Selangor FA. (Instagram Muly Munial)

"Siapa mereka? seenaknya saja mengontrak-ngontrak. Kalau mata duitan ya repot juga kita. Tidak ada jiwa nasionalisme saja. Nanti akan saya kumpulkan segera" kata Edy di Kantor Makostrad, Gambir, Jakarta Pusat, Rabu (6/12/17) malam WIB.

"Itu hak mereka. Itulah dia, pesepak bola adalah pejuang. Bukan hanya mencari uang, tapi anak bangsa yang membela negaranya. Spaso aja kami tarik, kita kekurangan pesepak bola. Pemain kita malah keluar. Kalau karena alasan uang, saya tidak sependapat karena nilai-nilai bangsa ini bukan uang. Siapapun dia, termasuk wartawan, dipanggil negara, harus kembali," kata Edy Rahmayadi, dalam acara Awarding Night Liga 1 di Hotel Mulia, Jumat (23/12/17) malam WIB lusa kemarin.

"Semua ribut. Saya kalau semakin diributkan, semakin keras kepala. Jangan ada (pemain) yang keluar dari Indonesia, yang keluar Indonesia saya coret dari PSSI. Siapapun, kalau negara memanggil, tak boleh menolak. Kalau menolak, berarti pengkhianat bangsa,” tegas Edy Rahmayadi.

Rasa Khawatir yang Berlebihan

Apa yang diutarakan Edy Rahmayadi menimbulkan sebuah kebingungan di para pencinta sepak bola Tanah Air. Mengapa seorang pemain Indonesia tidak boleh berkiprah di luar negeri?

Tentu ini merupakan rasa khawatir dan cemas dari sang jenderal. Mengingat, Evan Dimas dan Ilham Udin adalah pilar utama Timnas U-23 yang dipersiapkan untuk menjalani test event dan Asian Games 2018.

Edy Rahmayadi tidak ingin permainan Indonesia terbaca oleh lawan. Ia juga tidak ingin kedua pemain tak mengikuti progam pemusatan latihan jangka panjang yang sudah ditetapkan pelatih Luis Milla.

Timnas Indonesia saat berlaga di Aceh World Solidarity Cup 2017. (PSSI)

Pasalnya, target Timnas U-23 di Asian Games 2018 cukup besar, yakni menempati posisi keempat. Ditambah lagi, biasanya klub-klub luar negeri jarang sekali melepas para pemain untuk training center (TC) jangka panjang di luar kalender FIFA, mengingat Asian Games bukan dalam agenda induk sepak bola dunia tersebut.

Namun itu adalah rasa khawatir dari sang jenderal. Dalam segi permainan sepak bola, seorang pemain harus berkembang setiap saat. Mengasah mental hingga teknik di sebuah kompetisi paling bagus di muka bumi. Tentunya hasilnya untuk diri sendiri dan mengabdi kepada negara (Timnas).

Belajar dari Negara Sepak Bola

Lihat saja Brasil, sebuah negara berkembang seperti Indonesia dapat merajai sepak bola dunia. Para pemain Brasil bertebaran menjalani karier profesionalnya, mengasah kemampuan dan mentalnya di kompetisi top Eropa. Alhasil, bisa dilihat lima bintang di atas logo jersey timnas Brasil.

Lalu contoh berbeda lahir dari Spanyol dan Jerman. Para pemainnya ada yang berkiprah di luar negeri dan dalam negeri. Namun, kedua negara ini terus membangun kompetisi-nya agar terus melakukan perkembangan profesional. Sehingga semakin ke depan, taraf kompetisinya pun meningkat tajam.

Para pemain yang bermain di luar negeri akhirnya pulang ke negaranya masing-masing. Di mana taraf kompetisi negaranya sudah meningkat tajam.

Alhasil, para pemain yang tadinya bermain di luar negeri sering bertemu dengan rekan di timnas. Chemistry lebih terbangun lagi, karena bisa saja dua atau empat penggawa andalan timnas bermain di satu klub. Contohnya Barcelona, Real Madrid, hingga Bayern Munchen.

Timnas Indonesia di Aceh World Solidarity Cup (AWSC) 2017. (PSSI)

Seharusnya Edy Rahmayadi bisa melihat contoh beberapa negara tersebut. PSSI harus terus meningkatkan taraf kompetisi. Para pemain Indonesia jelas hijrah dari Indonesia, karena ingin meningkatkan performa dan mental bertandingnya di kompetisi luar negeri.

Indonesia saja kali ini kompetisinya masih di bawah Thailand (posisi ke-10), Malaysia (posisi ke-13), Vietnam (posisi ke-17), dan Singapura (posisi ke-23). Indonesia berada di posisi ke-24 berdasarkan penilaian Konfederasi Sepak Bola Asia, AFC.

Jika mengacu permainan, Edy Rahmayadi tak perlu cemas. Pelatih sekaliber Luis Milla sudah mengerti bagaimana yang harus dilakukan di lapangan. Sepak bola bukan matematika yang bisa dihitung pasti. 1 detik di sepak bola bisa mengubah segalanya.

Luis Milla pun sudah tahu bagaimana membangun chemistry para pemainnya. Apalagi, Evan Dimas dan Ilham Udin bukan wajah baru yang menghiasi Timnas. Keduanya sudah mengerti betul pakem permainan Skuat Garuda, apalagi di bawah asuhan Luis Milla.

PSSI Letnan Jenderal Edy Rahmayadi Selangor fa Evan dimas Ilham Udin Armaiyn Timnas Indonesia
Ditulis Oleh

Tengku Sufiyanto

Pencinta sepak bola Indonesia.
Posts

14.859

Bagikan