Wawancara Fakhri Husaini: Pembentukan Pemain Berbakat dan Timnas U-16

Tengku SufiyantoTengku Sufiyanto - Kamis, 19 Oktober 2017
Wawancara Fakhri Husaini: Pembentukan Pemain Berbakat dan Timnas U-16
Pelatih Timnas Indonesia U-16, Fakhri Husaini. (Sumber: Goal.com)

Siapa yang tidak mengenal nama Fakhri Husaini? Pria berumur 52 tahun tersebut adalah salah satu legenda Tim Nasional (Timnas) Indonesia.

Semasa menjadi pemain, Fakhri merupakan salah satu gelandang serang terbaik Skuat Garuda, pada era 1980-an akhir hingga pertengahan 1990-an. Ia juga merupakan penggawa Timnas saat meraih medali perak SEA Games 1997 di Jakarta, Indonesia.

Di level klub, prestasinya tidak kalah gemilang saat membela Timnas. Pria kelahiran 27 Juli 1965 tersebut pernah membawa Pupuk Kalimantan Timur (Kaltim) melaju ke semifinal Liga Indonesia 1994/95 dan finalis pada musim 1999/00.

Usai pensiun sebagai pesepakbola profesional, Fakhri melanjutkan karier menjadi pelatih. Ia saat ini merupakan juru racik formasi Timnas U-16.

Tak hanya sebagai pelatih, Fakhri juga dikenal sebagai penemu bibit-bibit unggul pesepakbola muda Tanah Air, sebut saja seperti Hamsa Lestaluhu (Timnas U-16), Rendy Juliansyah (Timnas U-16), Witan Sulaiman (Timnas U-19), hingga Egy Maulana Vikri (Timnas U-19).

Fakhri pun membeberkan bagaimana caranya menyaring pemain berbakat Tanah Air untuk bisa seleksi, bahkan masuk ke Timnas U-16. Ia juga menjelaskan bagaimana cara pembentukan pemain usia muda berbakat di Indonesia. Berikut wawancara Fakhri Husaini dengan Bolaskor.com, dalam acara "Sepak Bola Usia Muda, Mengejar Pentas Dunia" yang diadakan oleh PSSI Pers, Rabu (18/10/17) malam WIB.

1. Bagaimana cara Anda menyaring pemain muda berbakat untuk masuk ke Timnas U-16?

Untuk Timnas U-16 sekarang tidak berbeda jauh dengan tahun 2014 saat saya melatih. Saya melibatkan Asosiasi Provinsi (Asprov) untuk menggelar seleksi regional. Kemudian, hasil dari seleksi regional akan dikirim untuk mengikuti seleksi nasional.

2. Kendala apa yang Anda hadapi saat tahap penyeleksian Timnas U-16?

Keterlibatan Asprov itu prosesnya melalui surat dari PSSI. Sayangnya, dari 34 Asprov, yang melakukan seleksi regional hanya 29 Asprov. Jadi tidak secara menyeluruh seleksi di setiap Asprov.

3. Apakah Anda menemukan karakter pemain yang berbeda di setiap daerah?

Tentu saja. Kalau pemain dari Papua itu dilengkapi bakat skill yang alami. Kalau pemain Jawa itu memiliki skill, pengalaman, dan mental yang sering terasah.

4. Mengapa hal di atas bisa terjadi?

Di Pulau Jawa sudah banyak kompetisi usia muda. Jadi, pemain terasah. Kalau di Papua dan Kalimantan belum ada kompetisi usia muda. Sedangkan di Sulawesi dan Sumatera, ada kompetisi usia muda, namun penyelenggaraannya jarang sekali.

5. Menurut Anda, bagaimana pembentukan pemain usia muda berbakat yang ideal?

Indonesia dari dulu tidak pernah kekurangan pemain berbakat. Hal yang menjadi kendala adalah sistem kompetisi yang bisa membuat anak-anak itu hebat, tidak ada. Selama sistem itu tidak ada, mereka akan sulit berkembang.

Kalau sistem sudah jadi, siapa pun orangnya yang menjabat, pasti akan berkembang. Sistem harus dibuat oleh orang yang bertanggung jawab akan kompetisi usia muda.

Kompetisi usia muda yang ideal adalah mencontoh pihak swasta yang beberapa tahun belakangan ini gencar melaksanakan. Mereka mengelola kompetisi secara profesional selama satu tahun penuh. Jadi, jangan membuat kompetisi usia muda dengan sistem gugur. Kalah sekali langsung tidak bermain lagi.

Lalu, setiap Asprov harus ada pembinaan pemain usia muda. Saat ini saya melihat Asprov belum menjalankan itu.

Fakhri husaini Timnas Indonesia U-16
Ditulis Oleh

Tengku Sufiyanto

Pencinta sepak bola Indonesia.
Posts

15.017

Bagikan