Analisis - Manchester City Ciptakan 'Sangkar Burung' untuk Chelsea

Arief HadiArief Hadi - Minggu, 26 September 2021
Analisis - Manchester City Ciptakan 'Sangkar Burung' untuk Chelsea
Ekspresi kekecewaan Romelu Lukaku (Twitter)

BolaSkor.com - Pekan enam Premier League antara Chelsea melawan Manchester City di Stamford Bridge, Sabtu (25/09) malam WIB menjadi salah satu pertandingan yang dinanti fans sepak bola Inggris dan Eropa.

Keduanya merupakan finalis Liga Champions musim lalu. Manajer kedua tim Thomas Tuchel dan Pep Guardiola juga telah menjadi rival sejak di Bundesliga, lalu berlanjut di Inggris. Tapi kisah keduanya di Inggris berbalik 180 derajat.

Guardiola dominan di Bundesliga kala ia membesut Bayern Munchen melawan Tuchel yang melatih Mainz dan kemudian Borussia Dortmund. Situasi itu berubah kala Tuchel membesut Chelsea sejak Januari 2021.

Sebelum laga di pekan enam Premier League itu Tuchel bak menjadi kryptonite bagi Guardiola. Bayangkan saja, di tiga laga beruntun di seluruh kompetisi dari semifinal Piala FA, Premier League, dan Liga Champions, City selalu kalah dari Chelsea.

Baca Juga:

Chelsea 0-1 Manchester City: The Blues Tak Berkutik di Kandang Sendiri

Belajar dari Kegagalan, Guardiola Akhirnya Bekuk Tuchel

Manchester United dan Chelsea Kompak Kalah, Catatan Unik Terukir

Dengan taktik tiga bek serta variasi 3-4-2-1, 3-5-2, atau 3-4-3, Tuchel membentuk pertahanan yang kuat di Chelsea dengan serangan yang dibangun di sisi sayap, serangan balik pasca melakukan pressing kepada lawan, dan penyerang yang siap melakukan serangan balik.

Itu menjadi anti-taktik Man City yang bermain ofensif dan mengandalkan penguasaan bola. Guardiola bahkan disebut terlalu banyak berpikir setelah kegagalan memenangi Liga Champions yang jadi target ambisius klub.

Situasi itu berubah di Stamford Bridge. Untuk kali pertama Guardiola mengalahkan Chelsea-nya Tuchel melalui skor 1-0 dari gol yang dicetak Gabriel Jesus di menit 53.

Gol Gabriel Jesus

“Saya akan mengatakan musim ini (performa terbaik City). Dalam beberapa bulan terakhir kami telah melakukan banyak pertandingan bagus jika tidak, Anda tidak dapat memenangkan Premier League dan menjadi runner-up di Liga Champions," terang Guardiola selepas laga.

“Luar biasa apa yang telah dilakukan para pemain ini. Orang-orang mengatakan Liga Champions adalah bencana. Kami memainkan 13 pertandingan, menang 11 kali, seri sekali dan kalah sekali."

“Ketika ini terjadi, itu luar biasa, itu membantu kami dan sekarang kami pergi ke Paris untuk bermain. Saya merasa para pemain ada di sana dan ingin melakukan musim yang baik lagi untuk orang-orang kami.”

Sangkar Burung di Sepertiga Akhir Pertahanan Chelsea

Wajar jika Guardiola menilai kemenangan itu sebagai laga terbaik yang dimainkan City. Statistik memperlihatkannya: City menguasai penguasaan bola 59 persen berbanding 41 persen, melepaskan 15 tendangan dan empat tepat sasaran.

Lalu, bagaimana dengan peluang yang diciptakan Chelsea? Lima percobaan tendangan, tanpa satu pun sepakan tepat sasaran yang menguji Ederson Moraes, kiper City.

Thomas Tuchel dan Pep Guardiola

“Kami tidak cukup bagus hari ini untuk menghindari tekanan (City). Penguasaan bola kami bukanlah yang paling tajam dalam hal mengubah permainan (transisi) untuk melukai mereka, untuk memberi kami kepercayaan diri dan untuk bernafas. Ini tidak cukup terjadi," papar Tuchel.

“Saya tidak merasa bahwa kami 100 persen memercayainya. Itu diragukan dan kami melindungi sesuatu. Rasanya seperti kami kehilangan sesuatu dan kami kekurangan energi tetapi itu bisa terjadi."

“Setelah gol, Anda merasa keyakinan untuk menang lebih besar daripada kalah. Kami mencoba mendorong dan membuat penonton berada di belakang kami, jadi ini adalah pertandingan yang sangat terbuka dan emosional.”

Tuchel pun mengakui timnya tak dapat keluar dari tekanan yang dilakukan pemain City hingga tim tamu layak membawa pulang tiga poin.

Menghentikan permainan Chelsea memang menjadi prioritas untuk Guardiola. Dalam taktik 4-3-3 Jack Grealish, Phil Foden, dan Gabriel Jesus di lini depan menjadi lini pertama yang melakukan pressing.

Ketiganya membuat gelandang-gelandang hingga lini belakang Chelsea tak leluasa mengembangkan permainan. Selain lini tengah, sisi sayap permainan Chelsea juga dibendung oleh Man City.Hasilnya, suplai bola kepada penilik transfer 115 juta euro Romelu Lukaku tersendat. Tandemnya Timo Werner juga tak berkutik.

"Saya rasa tidak perlu membicarakan kesulitan Romelu. Ketika kami mencapainya, serangan itu sudah setengah terhenti karena tidak ada cukup pemain dan tidak ada kepercayaan dan koneksi. Itu adalah masalah tim daripada masalah individu," imbuh Tuchel.

Chelsea boleh saja memenangi jumlah dribel bola (10 berbanding sembilan sukses City), serta duel bola udara (18 kali), dan merebut bola (delapan kali). Akan tapi 'sangkar burung' yang dibuat City mengurung mereka.

Heatmap Chelsea vs Man City

Dari heatmap yang dimuat Whoscored, City dengan 781 sentuhan bola mendominasi di setiap area hingga sepertiga pertahanan akhir Chelsea. Sementara tuan rumah kesulitan untuk sekedar masuk ke kotak penalti City.

Apakah itu artinya Chelsea terlalu defensif dengan taktik tiga bek? Tidak juga. Tergantung darimana perspektif itu dilihat, taktik tiga bek bisa ofensif atau defensif.

“Kita bisa memperdebatkan ini (Chelsea bermain defensif) tanpa henti dan tidak pernah memiliki jawaban. Kami memutuskan untuk 3-5-2 tetapi saya tidak berpikir itu masalah struktur. Ini tentang beradaptasi dengan lawan untuk menemukan ruang," kata Tuchel.

Menarik untuk dinanti pertemuan kedua tim di masa depan. Kemenangan City, taktik Guardiola itu bisa jadi jawaban bagi mereka serta tim-tim lawan untuk mengalahkan Chelsea besutan Thomas Tuchel.

Breaking News Chelsea Manchester City Analisis Premier League Thomas Tuchel Pep Guardiola
Ditulis Oleh

Arief Hadi

Posts

12.174

Bagikan