Dinasti Baru Pep Guardiola dan Keterpurukan Arsene Wenger

Arief HadiArief Hadi - Senin, 26 Februari 2018
Dinasti Baru Pep Guardiola dan Keterpurukan Arsene Wenger
Beda nasib Arsene Wenger dan Pep Guardiola (Catherine Ivill - Getty Images)

BolaSkor.com - Panggung final Piala Liga sudah disiapkan secara rapih di Wembley Stadium, fans sudah memadati kursi yang tersedia, dan pertarungan final Arsenal kontra Manchester City seharusnya berjalan ketat, mengingat filosofi ofensif kedua manajer, Pep Guardiola dan Arsene Wenger.

Namun yang terjadi justru jauh di luar harapan. Man City seperti "mengajari" Arsenal cara memainkan sepak bola ofensif, indah, menghibur suporter, dan melengkapinya dengan efisiensi mencetak gol serta pertahanan yang kokoh. Ya, pertandingan di Wembley Stadium semalam menjadi malam pembantaian untuk The Gunners.

Man City menang telak 3-0 melalui gol yang dilesakkan Sergio Aguero, Vincent Kompany, dan David Silva. Secara garis besar, Arsenal kalah segalanya: permainan, pertahanan buruk, dan tidak memiliki determinasi bermain yang tinggi. Man City meraih trofi, Arsenal merana. Ini kesimpulan utama laga final Piala Liga 2017/18.

Akan tetapi, jika ditelisik secara mendetail, pertandingan tersebut menjadi titik poin bagi kedua manajer atau klub, untuk menuju masa depan yang berbeda, dengan penjabaran berikut ini.

Dinasti Guardiola dan Runtuhnya Rezim Wenger

Kala Wenger datang dari Nagoya Grampus Eight ke Arsenal pada tahun 1996. Dia membawa ide permainan yang segar dan menginovasi permainan Arsenal. Wenger seorang revolusioner yang sudah sukses mempersembahkan tiga titel Premier League, tujuh Piala FA, dan tujuh Community Shield.

Ibarat andalan tiap pelamar kerja dalam CV yang tertera melalui pengalaman kerja di perusahaan besar, Wenger juga memiliki kebanggaan dengan skuat The Invincibles Arsenal yang tidak pernah kalah di musim 2003/04 - dan sukses meraih titel Premier League. Rekor ini bertahan sampai saat ini - dan mungkin takkan pernah terulang lagi.

22 tahun sudah Wenger melatih Arsenal. Ia jadi satu-satunya manajer dengan masa bakti terlama pada satu klub, khususnya sejak Sir Alex Ferguson pensiun melatih Manchester United pada tahun 2013 lalu. Tetapi, adagium bertahan lama di suatu tempat tidak selamanya baik, tampak berlaku untuk Wenger di Arsenal.

Rezimnya perlahan runtuh. Wenger tidak lagi memberikan inovasi bermain kepada Arsenal. Permainan Arsenal cenderung mudah dibaca lawan-lawannya. Peringatan itu pun sedianya sudah muncul musim lalu, ketika Arsenal gagal lolos kualifikasi Liga Champions untuk kali pertamanya - Arsenal finis di luar empat besar dan berada di bawah rival sekota, Tottenham Hotspur.

Di Premier League saat ini, Arsenal saat ini terpaut 10 poin dengan Tottenham Hotspur yang berada di urutan empat klasemen. Arsenal punya satu laga tunda melawan Man City pada laga yang akan berlangsung Jumat, 2 Maret 2018 pukul 02.45 WIB.

Menyisakan 11 laga terakhir di Premier League, serta melihat kondisi bermain Arsenal saat ini, sulit rasanya melihat Arsenal finish di empat besar klasemen. Satu-satunya harapan untuk bermain di Liga Champions musim depan adalah dengan menjuarai Liga Europa. Ini juga sulit dilakukan Arsenal dengan tantangan menghadapi tim yang tengah dalam kondisi bagus, AC Milan, di 16 besar Liga Europa.

Liga Europa juga jadi satu-satunya kesempatan bagi Wenger untuk meraih trofi musim ini. Jika tak mampu menyelamatkan musim Arsenal di akhir musim nanti, fans Arsenal tentu takkan tinggal diam melihat Wenger terus menduduki kursi manajer klub. Boleh jadi kita semua akan melihat aksi unjuk rasa terbesar dalam sejarah klub sepak bola.

Tidak ada lagi yang dapat diberikan Wenger saat ini, selain kerendahan hati untuk legowo mengundurkan diri. Kekalahan dari Man City sudah memperlihatkan segalanya. Memang, Man City tim yang dominan musim ini di Premier League. Tapi, setidaknya fans Arsenal ingin melihat tim kesayangannya berjuang habis-habisan saat menghadapi Man City - tidak justru terlihat mudah menyerah, dan para pemain pasrah kalah pada laga tersebut.

Gol dari Aguero memperlihatkan kelemahan Arsenal di lini belakang. Shkodran Mustafi kalah berduel bola dengan pemain yang memiliki bobot tubuh lebih rendah darinya, tidak mampu mengantisipasi tendangan gawang Claudio Bravo. Lini tengah Arsenal yang diperkuat Aaron Ramsey, Jack Wilshere, dan Granit Xhaka bak terhipnotis dengan permainan cantik Man City.

Para pengamat sepak bola dan fans Arsenal sudah sama-sama sepakat jika Wenger merupakan akar permasalahan klub saat ini. Ironis memang, jika mengingat segala hal yang sudah diperbuatnya. Tapi, memang beginilah faktanya.

Tangisan seorang anak kecil yang merupakan fans Arsenal di Wembley Stadium seharusnya menjadi pesan jelas untuk Wenger. Ia menangis karena tidak tahan lagi melihat Arsenal dipermalukan Man City. Fans Arsenal sudah pergi meninggalkan stadion sebelum laga berakhir. Mereka sudah tidak kuat menyaksikan para pemain Arsenal "jalan kaki" saat melawan Man City.

Sebaliknya, Man City baru memulai dinastinya bersama Guardiola. Kegagalan meraih trofi musim lalu, di musim perdana Guardiola, justru menjadi pembelajaran untuk bangkit musim ini dengan cara yang berkelas.

Kegagalan di Piala FA pun tidak menjadi masalah. Man City masih bisa meraih treble musim ini. Satu sudah diraih di Piala Liga, dan dua lagi kemungkinan besar mereka lakukan di Premier League dan Liga Champions. Di Premier League, Man City terpaut 13 poin dengan Man United yang ada di urutan kedua - dan jarak itu masih bisa bertambah jika Man City kembali menaklukkan Arsenal di Premier League.

Sementara di Liga Champions, Man City sudah menempatkan satu kaki mereka di perempat final melalui kemenangan 4-0 melawan Basel di leg pertama 16 besar Liga Champions. Permainan The Citizens saat ini mengingatkan publik akan sentuhan Guardiola di Barcelona dan Bayern Munchen di masa lalu.

Dibekali kekuatan finansial klub, dukungan tanpa batas petinggi klub, dan pemahaman para pemain Man City akan filosofi bermainnya, Guardiola bisa membentuk dinasti terbaik dalam sejarah sepak bola klub. Sudah cukup jelas terlihat, bukan? Beda arah Man City-nya Guardiola dan Arsenal-nya Wenger.

Arsenal Arsene Wenger Manchester City Pep Guardiola Piala Liga
Ditulis Oleh

Arief Hadi

Posts

12.138

Bagikan