Cerita Mistis Mes Peninggalan Klub Keluarga Cendana bernama Arseto Solo

Tengku SufiyantoTengku Sufiyanto - Kamis, 09 November 2017
Cerita Mistis Mes Peninggalan Klub Keluarga Cendana bernama Arseto Solo
Bangunan mes Arseto Solo saat ini. (BolaSkor.com/Nofik Lukman)

BolaSkor.com - Kesan angker tampak pada sebuah bangunan tua di Kelurahan Panularan, Kecamatan Laweyan, Kota Solo. Bangunan itu terlihat sudah rapuh dimakan usia. Sesekali ada saja bagian atap yang jatuh karena terpaan angin kencang. Itulah gambaran dari komplek Lapangan Kadipolo.

Pada era 1980-90an, bangunan itu begitu menarik perhatian masyarakat Solo. Bukan karena kemegahannya. Tapi komplek itu digunakan sebagai basecamp klub ternama, Arseto Solo.

Arseto merupakan klub yang didirikan putra Presiden Kedua Republik Indonesia, Soeharto, Sigit Harjojudanto di Jakarta pada tahun 1978. Lima tahun berselang atau tepatnya tahun 1983, Arseto menjadikan Stadion Sriwedari Solo sebagai markas mereka.

Arseto adalah klub besar kompetisi Galatama. Arseto pernah menjadi juara Galatama pada musim 1990-1992. Kejayaan Arseto terus menggelora hingga luar negeri. Arseto pernah menjadi juara Kejuaraan Antarklub ASEAN pada tahun 1993, dan melaju ke babak 7 besar Liga Champions Asia di tahun yang sama.

Mes bekas klub Arseto Solo. (BolaSkor.com/Nofik Lukman)

Sebagai klub yang disegani saat itu, Arseto bukan saja bertabur pemain bintang. Komplek Lapangan Kadipolo kala itu menjadi salah satu basecamp klub termegah di Indonesia. Ada mes untuk pemain senior, junior serta lapangan berkualitas yang hanya diperuntukan untuk Arseto Solo berlatih.

"Dulu tempat ini sangat megah. Mes pemain bujang dan berkeluarga dipisah. Ada juga mes untuk pemain diklat. Belum lagi fasilitas lapangan dan fitnes yang membuat Arseto tak perlu kesulitan untuk berlatih. Jarang klub sekarang yang memiliki komplek seperti Arseto," kata Pengelola Lapangan Kadipolo, Chaidir Ramli kepada BolaSkor.com.

Namun cerita tentang masa kejayaan Arseto serta komplek Lapangan Kadipolo mulai memudar setelah Arseto dibubarkan pada 1998. Bangunan menjadi tak terawat, lapangan juga mulai "kehilangan" rumput yang dulu begitu hijau dan tebal.

Komplek itu terlihat sedikit hidup pada pagi hari dan sore hari. Mulai pukul 07.00, lapangan digunakan secara bergantian oleh sekolah yang ada di Kelurahan Panularan. Sore harinya giliran warga setempat atau pun sekolah sepak bola (SSB) Ksatria yang memanfaatkan lapangan sisa kejayaan Arseto Solo itu.

Setelah itu, jarang ada warga yang mau sekadar singgah, apalagi kumpul anak muda. Bukan hanya kondisi bangunan yang cukup membahayakan, ada banyak cerita mistis yang muncul dari lokasi tersebut. Bahkan cerita itu sudah ada sejak Arseto menjadikan komplek bekas Rumah Sakit (RS) Kadipolo itu sebagai mes.

"Dulu saya mengalami sendiri. Setelah latihan itu lihat-lihat lapangan. Ada seorang wanita yang jalan di tengah lapangan. Tapi dia tidak berhenti sampai nembus gawang. Kaget saya waktu itu, langsung lari saja," kata mantan pemain Arseto Solo, Benny van Breukelen saat singgah di Solo, beberapa waktu lalu.

Kondisi dalam mes Arseto Solo saat ini. (BolaSkor.com/Nofik Lukman)

Lain dengan Benny, pelatih kiper Persis Solo, I Komang Putra mengaku belum pernah mengalami hal aneh selama tidur di Mes Arseto. Bahkan saat itu, Komang muda berani tidur sendirian. Menurutnya, jika tidak berbuat hal-hal aneh, dia percaya kejadian seperti itu tidak akan dialami.

"Dulu teman-teman yang cerita. Katanya sering dilempar kerikil. Tapi kalau saya sendiri belum pernah. Saya kira kalau kita tidak aneh-aneh, pasti juga tidak diganggu," ujar I Komang Putra.

Salah seorang warga Panularan, Anggoro mengatakan pada saat Arseto mulai berada di komplek Kadipolo, ada sebuah kepercayaan yang kerap dibuktikan kebenarannya. Bila ingin dilempar kerikil oleh mahkluk tak kasat mata, para pemain biasanya melempar sebuah tiang listik dengan batu atau memukulnya hingga terdengar suara keras.

"Dulu (pemain) yang usil-usil itu sering seperti itu. Katanya dilempar batu. Apalagi kalau sudah menjelang sore atau malam. Saat Arseto masih di sini, saya sering tidur di tempat mas Agung (mantan pemain Arseto, Agung Setyobudi)," katanya.

Lapangan yang dahulu jadi tempat latihan Arseto Solo. (BolaSkor.com/Nofik Lukman)

Gara-gara cerita-cerita itu, sering kali sekumpulan pemuda membuktikan sendiri dengan datang ke komplek Lapangan Kadipolo pada malam hari. Salah satunya grup Facebook "Solo Mistis Community". Para anggotanya pernah ramai-ramai datang ke lokasi tersebut.

Pada 17-19 November mendatang, komplek Lapangan Kadipolo diyakini akan ramai lagi. Pasalnya, Arseto Solo berencana menggelar reuni akbar yang diikuti 70-an pemain di Solo. Salah satu peserta, Aris Budi Sulistyo mengaku senang dengan rencana yang digagas para mantan pengurus di Jakarta itu.

"Sudah lama sekali tidak kesana (Lapangan Kadipolo). Dulu terakhir kesana saat latihan sepak bola. Di Solo cukup sulit dapat lapangan untuk latihan. Makanya Lapangan Kadipolo masih jadi salah satu alternatif untuk latihan klub lokal," tutur Aris. (Laporan Kontributor Nofik Lukman/Solo)

Arseto Solo
Ditulis Oleh

Tengku Sufiyanto

Pencinta sepak bola Indonesia.
Posts

14.995

Bagikan