Gerard Houllier, Pahlawan Liverpool yang Ahli Memoles Calon Bintang

Taufik HidayatTaufik Hidayat - Senin, 14 Desember 2020
Gerard Houllier, Pahlawan Liverpool yang Ahli Memoles Calon Bintang
Gerard Houllier (Twitter)

BolaSkor.com - Gerard Houllier memang gagal mempersembahkan trofi Premier League untuk Liverpool. Namun bagi suporter The Reds, pria berkebangsaan Prancis tersebut tetap dianggap sebagai pahlawan.

Houllier memang hanya menangani Liverpool selama enam musim. Namun warisan yang ditinggalkannya akan sulit dilupakan.

Houllier mendapat tawaran dari Liverpool pada Juli 1998 untuk berduet dengan Roy Evans di kursi manajer. Ia pun menyetujuinya.

Bukan tanpa alasan Liverpool memberkan tawaran kepada Houllier. Pria kelahiran Therouanne 73 tahun silam itu punya rekam jejak yang cukup mentereng.

Baca Juga:

Gerard Houllier, Mantan Manajer Liverpool Meninggal Dunia

Mohamed Salah Lewati Rekor Gol Cristiano Ronaldo di Premier League

Minus Manchester United, Wakil Inggris Perkasa di Eropa

Gerard Houllier

Houllier jauh dari kata sukses saat berkarier sebagai pemain. Hal itu membuatnya meniti karier kepelatihan pada usia yang cukup muda yaitu 26 tahun.

Le Touquet menjadi tim pertama yang ditangani Houllier. Ia sempat berperan menjadi pemain sekaligus pelatih selama tiga tahun di klub kecil Prancis tersebut.

Houllier semakin serius meniti karier saat menangani Noeux-Les-Mines yang bermain di divisi kelima LIga Prancis pada 1976. Selama lima musim, Noeux-Les-Mines mampu promosi hingga ke divisi dua.

Prestasi yang cukup cemerlang itu membuat karier Houllier menanjak dengan pesat. Ia bahkan sempat menangani Paris Saint-Germain dan menjuarai liga domestik pada 1985-1986.

Setelah sukses bersama PSG, Houllier mendapat kepercayaan untuk menjadi direktur teknik sekaligus asisten pelatih Timnas Prancis. Ia menjadi tangan kanan Michael Platini.

Saat menangani Timnas senior Prancis, Houllier juga sempat bersinggungan dengan nama-nama besar termasuk Eric Cantona hingga David Ginola.

Gerard Houlier saat menangani Timnas Prancis

Pada tahun 1992, Houllier mendapat kehormatan untuk menjadi pelatih timnas Prancis. Sayang kesempatan itu gagal dijawabnya dengan sempurna setelah gagal mengantarkan Les Blues ke putaran final Piala Dunia 1994.

Setelah kegagalan tersebut, Houllier turun kelas menangani timnas junior Prancis. Ia dipercaya memoles bakat-bakat mentah menjadi bintang masa depan.

Nama-nama seperti Thierry Henry dan David Trezeguet pernah merasakan tangan dingin Houllier di timnas junior prancis. Trofi Piala Eropa U-18 1996 pun sukses dipersembahkannya.

Musim panas 1998, Liverpool memberikan tawaran kepada Houllier. Hal ini membuatnya bernostalgia dengan masa lalu.

Houllier memang punya cerita dengan kota Liverpool sebelum resmi menangani Merseyside Merah. Ia pernah menimba ilmu di kota pelabuhan tersebut tepatnya di Alsop Comprehensive School pada 1969-1970.

Pada masa-masa itulah Houllier mengenal Liverpool sebagai salah satu raksasa Eropa. Ia bahkan sering menyaksikan langsung pertandingannya di stadion.

Houllier hanya empat bulan berduet dengan Toy Evans. Pada November 1998, nama terakhir memilih mengundurkan diri usai takluk 1-3 dari Tottenham Hotspur di ajang Piala Liga.

Pada periode tersebut, reputasi Liverpool sebagai tim besar memang tengah memudar. Mereka bahkan kesulitan untuk sekadar tampil di Liga Champions.

Liverpool bahkan mendapat julukan yang kurang sangar yaitu Spice Boys dari media-media Inggris. Nama tersebut merupakan plesetan dari grup musik populer Negeri Britania, Spice Girl.

Pada tahun 90-an, Liverpool memang lebih banyak mewarnai pemberitaan dengan sejumlah kontroversi ketimbang prestasi. Salah satu yang paling diingat adalah saat Robby Fowler dan kawan-kawan datang ke Stadion Wembley mengenakan setelan jas Armani berwarna putih jelang melakoni final Piala FA 1996.

Dalam pertandingan tersebut, Liverpool takluk dengan skor 0-1. Namun penampilan mereka saat datang ke lapangan menjadi headline berita.

Ketika mengemban tanggung jawab penuh sebagai manajer Liverpool, langkah pertama Houllier adalah menghapus julukan Spice Boys dari timnya. Caranya tentu dengan melepas sejumlah bintang yang sulit diatur.

Nama-nama seperti Paul Ince, David James, hingga Steve McManaman menjadi korban dari kebijakan ini. Sebagai gantinya, Houllier mulai mempromosikan para pemain muda dari akademi.

Jamie Carragher, Michael Owen hingga Steven Gerrard mendapat keuntungan dari kebijakan ini. Mereka mulai menjelma menjadi andalan Liverpool di usia muda.

Steven Gerrard dan Gerard Houllier

Kebijakan Houllier akhirnya membuahkan hasil di musim 2000-2001. Tak tanggung-tanggung, Liverpool mampu menyabet treble winners.

Gengsi Treble Winners Liverpool memang tak sebesar yang dilakukan Manchester United pada 1999. Saat itu, tiga gelar yang mereka raih hanyalah Piala FA, Piala Liga, dan Piala UEFA.

Sayang, tren positif Liverpool bersama Houllier harus tertunda sejenak pada Oktober 2001. Sang manajer terpaksa menjalani perawatan jantung secara intensif selama lima bulan.

Setelah kembali bertugas, Houllier melanjutkan proyek yang sudah disusunnya. Namun ambisi mengakhiri puasa gelar Liverpool di Premier League selalu menemui kegagalan hingga akhirnya yang bersangkutan mengundurkan diri di akhir musim 2003-2004.

Semusim setelah meninggalkan Liverpool, Houllier menerima pinangan Olympique Lyon. Bersama Les Gones, ia mempersembahkan dua gelar Ligue 1 secara beruntun,

Bersama Lyon, Houllier juga memoles sejumlah talenta berbakat yang berpotensi menjadi bintang. Salah satu yang paling terkenal tentu Karim Benzema.

Houllier mengakhiri karier kepelatihannya bersama Aston Villa pada 2011 silam. Namun ia tak sepenuhnya meninggalkan sepak bola.

Sebelum meninggal, Houllier mengemban jabatan sebagai ketua sepak bola global Red Bull. Ia juga menjabat direktur teknik untuk Olympique Lyon wanita.

Sosok Gerard houllier Liverpool Breaking News
Ditulis Oleh

Taufik Hidayat

Agen rahasia yang menyamar jadi kuli tinta.
Posts

6.516

Bagikan