Nostalgia - Opera Kala Trofi NBA Mendarat di Washington 42 Tahun Lalu

Yusuf AbdillahYusuf Abdillah - Minggu, 07 Juni 2020
Nostalgia - Opera Kala Trofi NBA Mendarat di Washington 42 Tahun Lalu

BolaSkor.com - Melihat sejarah, hanya sekali trofi NBA diraih tim asal Ibu Kota Amerika Serikat Washington DC. Keberhasilan itu terjadi pada 7 Juni 1978 atau 42 tahun silam ketika Washington Bullets mengalahkan Seattle SuperSonics 4-3 di final.

Bullets, yang sejak 1997 mengganti nama menjadi Wizards akhirnya berhasil menjadi kampiun setelah pada dua kali kesempatan tampil di final sebelumnya selalu gagal. Bullets datang ke final 1978 dengan membawa memori kurang menyenangkan saat gagal di final 1971 dan 1975.

Pada 1971, Bullets kalah dari Milwaukee Bucks, sedangkan pada 1975 mereka dijungkalkan Golden State Warriors. Parahnya, dalam dua final tersebut Bullets selalu disapu bersih lawan alias tidak memetik satu seripun.

Baca Juga:

Nostalgia - Ketika New York Knicks Terakhir Kali Jadi Juara NBA, 47 Tahun Silam

Nostalgia: Hakeem Olajuwon yang Tetap Puasa Ramadan di Hari Pertandingan NBA

Namun, yang terjadi pada seri final 1978 adalah pertunjukan semangat pantang menyerah dari Wes Unseld dan kawan-kawan. Tiga kali dalam keadaan tertinggal dari SuperSonics, tiga kali pula Bullets menyamakan kedudukan hingga akhirnya trofi Larry O'Brien sukses dibawa pulang.

Pada gim pertama, Bullets membuang keunggulan 19 poin pada awal kuarter keempat dan kalah 102-106. Gim kedua berhasil dimenangi Bullets, setelah Unseld sukses mengawal pertahanan mereka dengan mencatatkan 15 rebound.

Kombinasi ketatnya pertahan dan kontribusi 34 poin dari Bob Dandridge dan 25 poin milik Elvin Hayes membawa Bullets menang 106-98 dan menyamakan kedudukan 1-1.

Namun Dandridge gagal melanjutkan sentuhannya ketika Bullets mengakui keunggulan SuperSonics dengan skor akhir 93-92.

PAda gim keempat, Bullets harus melewati laga overtime. Sejatinya, mereka bisa menang jika saja tembakan Dandridge tidak diblok oleh Dennis Johnson. Alhasil skor 106-106 bertahan dan laga dilanjutkan ke babak overtime. Pada akhirnya Bullets menundukkan SuperSonics 120-116. Kedudukan imbang 2-2.

Namun lagi-lagi Bullets gagal mempertahankan performa mereka. Sebaliknya, Bullets tampil buruk dan harus dibayar dengan kekalahan 94-98 di gim kelima.

Terpukul dengan kekalahan tersebut, Bullets mengamuk di gim keenam. Secara dominan mereka menang 117-82 atas SuperSonics. Tak kurang dari 70 poin yang dicetak pada paruh kedua membawa Bullets berhasil memaksakan gim ketujuh dimainkan.

Tantangan dan tekanan dirasakan tim Ibu Kota karena harus menjalani laga penentu di kandang lawan, Seattle Center Coliseum. Namun Bullets berhasil tampil dominan meski keunggulan mereka terpangkas menjadi empat poin pada sisa waktu 90 detik pertandingan.

Dandridge jadi pengunci kemenangan dengan mengempaskan dunk untuk menutup laga dengan skor 105-99 dan memastikan gelar juara NBA bagi Bullets.

Pencapaian ini menjadi pemuas dahaga bagi Washington DC. Pasalnya terakhir kali sebuah tim kota ini menjadi juara ketika Washington Redskins menjadi juara NFL pada 1942.

Kegigihan yang diperlihatkan Bullets membuat sang pelatih Dick Motta menyebut final NBA 1978 bak sebuah lakon opera.

Tak pelak, ketika bel tanda laga usai berbunyi menandai berakhirnya gim ketujuh final 1978 para pemain Bullets melakukan selebrasi dengan kaos yang bersematkan tulisan "The Opera Isn't Over 'Til The Fat Lady Sings".

Menempati peringkat ketiga klasemen akhir Wilayah Timur musim reguler dengan catatan 44 kemenangan dan 38 kekalahan (44-38), Bullets memposisikan diri mereka sebagai tim nonunggulan kala memasuki fase playoff.

Hal itu tidak lepas torehan nirkemenangan dalam penampilan di dua edisi final 1971 dan 1975.

Oleh karena itu pula, Motta menyebut trofi NBA 1978 yang mereka raih begitu manis sebab menurutnya tak banyak pihak yang menganggap Bullets berpeluang jadi juara kala itu.

"Yang membuat gelar ini begitu sempurna adalah kami dianggap tak patut memenanginya," kata Motta.

"Tapi kami melangkah jauh. Banyak orang tak memberi kami kesempatan, tapi saya selalu merasa kami bisa. Sungguh," ujarnya menambahkan.

Bullets kembali menjejaki partai final di musim berikutnya, tapi berakhir menjadi korban revans SuperSonics yang menang 4-2 kala itu.

NBA Nostalgia
Ditulis Oleh

Yusuf Abdillah

Posts

6.069

Bagikan