Nostalgia Piala Dunia: Just Fontaine dan Rekor yang Bertahan Selama 60 Tahun Lebih

Arief HadiArief Hadi - Rabu, 12 Oktober 2022
Nostalgia Piala Dunia: Just Fontaine dan Rekor yang Bertahan Selama 60 Tahun Lebih
Just Fontaine (Twitter)

BolaSkor.com - Ajang bergengsi empat tahunan yang diselenggarakan FIFA, Piala Dunia, sudah dimulai sejak 1930 dan sudah memiliki 22 edisi berbeda sampai Piala Dunia 2018 yang dihelat di Rusia. Dua edisi Piala Dunia 1942 dan 1946 ditiadakan karena Perang Dunia II.

Setiap edisi Piala Dunia punya ceritanya masing-masing. Tidak terkecuali pada Piala Dunia 1958 yang dihelat di Eropa, yakni di Swedia. Tuan rumah menggebrak dunia dengan permainan sistematis ala Eropa dan mencapai final.

Namun di final Swedia kalah 2-5 melawan Brasil dengan permainan jogo bonito mereka, di mana sepak bola dimainkan dengan teknik dan goyangan ala Negeri Samba, diperagakan dengan pemain legendaris seperti Vava, Mario Zagallo, dan Pele.

Baca Juga:

Nostalgia Piala Dunia: Epilog Pahlawan Brasil Berkaki Bengkok dan Panjang Sebelah, Garrincha

Nostalgia Piala Dunia: Mengenang Kiprah Pelatih Tersukses, Vittorio Pozzo

Nostalgia Piala Dunia - Magical Magyars, Sepak Bola Sosialis, dan Prototipe Total Football

Kali ini pembahasannya bukan mengenai perjalanan Brasil dalam merengkuh titel Piala Dunia pertama mereka, tetapi dengan fakta lain sebuah rekor yang bertahan selama 64 tahun (sampai 2022). Rekor dari seorang pemain bernama Just Fontaine.

Angka 13 yang Keramat

Mitos di Indonesia adalah nomor 13 dianggap sebagai nomor keramat dan bisa membawa sial hingga dihindari. Tetapi angka itu justru memberikan rekor yang tercatat atas nama Just Fontaine, meski jika dilihat secara menyeluruh 'sial' untuk timnas Prancis.

Perjalanan Prancis di Piala Dunia 1958 Swedia berjalan menarik dan menjadi perhatian publik, sayang mimpi mereka kandas di semifinal setelah kalah dari skuad legendaris Brasil yang mengusung jogo bonito dan mengenalkannya ke dunia.

Kendati demikian Piala Dunia 1958 masih tercatat dalam sejarah sepak bola dunia sebagai ajang bersinarnya Just Fontaine. Swedia menjadi panggung bagi Fontaine memperlihatkan kualitasnya sebagai penyerang.

Fontaine terlahir sebagai penyelesai akhir handal, kuat di kedua kaki, dan memiliki perbandingan dengan top skorer hebat sepanjang masa lainnya seperti Gerd Muller. Pada Piala Dunia 1958 Fontaine mencetak 13 gol.

Apa arti di balik 13 gol tersebut? Fontaine menjadi satu-satunya pemain dengan torehan gol terbanyak di satu edisi Piala Dunia. Hebatnya lagi, Fontaine hanya melakukannya di enam pertandingan dan itu masih bertahan sampai saat ini (64 tahun).

Fontaine bak sudah ditakdirkan mengukir rekor itu di Swedia. Pada awalnya Prancis ingin Fontaine berduet dengan Rene Bliard di lini depan, tetapi Bliard cedera dan pilihan tandem Fontaine jatuh kepada Raymond Kopa.

Prancis seolah menemukan solusi di tengah kesulitan pasca Bliard cedera dan melihat duet baru, tidak lama bermain bersama, tetapi langsung padu dalam meneror lawan. Fontaine pun menggila mencetak gol di enam laga, dimulai dengan hat-trick lawan Paraguay pada kemenangan 7-3.

Kemudian dua gol kala Prancis menang 3-2 atas Yugoslavia, lalu mencetak satu gol ketika menang 2-1 atas Skotlandia. Keran gol Fontaine berlanjut saat Prancis mengalahkan Irlandia Utara dengan skor 4-0 dan media setempat pun tidak luput menyorotinya.

"Anda harus pergi sangat jauh sekali dalam sejarah untuk menemukan rekan jejak satu tim, yang bermain elegan di Swedia seperti Prancis," demikian tulisan di media Swedia, Svenska Dagbladet.

Langkah Prancis kemudian terhenti di semifinal dari tim yang kemudian jadi juara, Brasil. Fontaine mencetak satu gol di laga semifinal lawan Brasil, gol yang menyamakan kedudukan, dan situasi pun berubah kala kapten Prancis Robert Jonquet cedera setelah berduel dengan Vava.

Tidak ada pergantian pemain kala itu dan pada akhirnya Jonquet bermain dengan cedera, Prancis bermain bak dengan 10 pemain dan Brasil memanfaatkannya dengan kemenangan 5-2. Prancis masih bermain di perebutan tempat ketiga melawan juara bertahan yang juga tersingkir di semifinal, Jerman Barat.

Fontaine butuh tiga gol untuk melewati rekor 11 gol legenda Hungaria, Sandor Kocsis. Tidak tanggung-tanggung empat gol dicetak Fontaine saat Prancis menang 6-3 atas Jerman Barat. Bahkan itu tak menggambarkan keseluruhan laga.

Fontaine bisa saja mencetak lebih dari total 13 gol jika dua peluangnya tak mengenai mistar gawang, atau ia mengambil tendangan penalti (yang diambil Kopa). Prancis juara tiga di saat Fontaine menggila dengan 13 golnya.

Sayangnya saat itu belum ada penghargaan Sepatu Emas untuk gelar top skorer, tetapi FIFA tak melupakan momen bersejarah itu dan pada Piala Dunia 2014 Brasil mereka memberikan penghargaan simbolis kepada Fontaine, dalam bentuk sepatu Adidas Platinum.

Cerita Menarik, Karier, dan Gantung Sepatu

Selayaknya banyak pemain-pemain legendaris Prancis, Fontaine tidak lahir di Prancis karena dia lahir dari ibu keturunan Spanyol di Marrakech, Maroko, kemudian jadi bagian Maroko Prancis serta memulai karier dengan USM Casablanca.

Fontaine kemudian melanjutkan kariernya dengan pindah ke Nice dan Reims sebagai pengganti Kopa. Selama enam musim dengan Reims Fontaine mencetak 121 gol (total menorehkan 165 gol dari 200 laga Ligue 1), memenangi dua gelar liga pada 1958 dan 1960.

Cedera banyak menganggu perjalanan kariernya tapi justru itu menjadi berkah baginya, sebab saat bermain di Piala Dunia 1958 Fontaine dalam kondisi prima (berusia 24 tahun) dan bugar pasca rehat setelah menjalani operasi. Itu juga yang diakui Fontaine sebagai resep ketajamannya mencetak gol di Piala Dunia.

"Untuk rekor Piala Dunia saya, keuntungan besar saya adalah saya menjalani operasi pada lutut saya pada Desember 1957 dan kembali pada Februari," kata Fontaine dikutip dari laman resmi FIFA.

"Itu memberi saya sedikit liburan musim dingin yang artinya, pada bulan Juni, saya segar dan yang lainnya tidak."

Selain operasi, ada cerita menarik lainnya yang jadi 'resep' kehebatan Fontaine, yakni cerita soal sepatu pinjaman. Ya, Fontaine dipinjamkan sepatu oleh rekan setimnya, Stephane Bruey, karena sepatunya rusak.

"Saya suka memberi tahu orang-orang bahwa beberapa gol saya terinspirasi dengan menggabungkan dua roh di dalam sepatu yang sama," canda Fontaine.

Ceritanya pada Piala Dunia 1958 tak lekang oleh waktu tapi sayangnya, karier Fontaine tak panjang karena cedera. Pada 1962 ia dipaksa pensiun atau gantung sepatu saat masih berusia 28 tahun, sebab penampilannya menurun pasca sempat patah kaki dua kali pada 1960.

Fontaine hanya mencetak 30 gol dari 21 laga tetapi 13 gol itu akan terus ada sampai ada yang dapat memecahkan rekornya. Dari statistik yang tersedia, rata-rata tendangannya dari 1,43 gol per laga jadi yang tertinggi dengan 30 gol internasional. Pada 10 laga kompetitif internasional dia mencetak 21 gol.

Rekornya masih bertahan sampai Piala Dunia 2018 dan dengan keyakinan tinggi, Just Fontaine yang pernah melatih timnas Prancis, PSG, dan Toulouse, yakin rekornya itu tidak akan pernah dipecahkan pemain lainnya.

"Kondisi bola, lamanya perjalanan dan betapa amatirnya staf ruang ganti membuat segalanya jauh lebih rumit ketimbang sepak bola saat ini. Saya juga memiliki sepatu orang lain," tutur Fontaine.

"Dan pencetak gol hebat Piala Dunia terakhir, Ronaldo, bermain melawan tim-tim seperti itu. seperti Cina dan Kosta Rika. Di atas segalanya, wasit melindungi striker lebih dari yang mereka lakukan di zaman saya."

"Jadi izinkan saya mengulanginya: 13 gol adalah total yang sangat besar. Mengalahkan rekor saya? Saya rasa itu tidak akan pernah bisa dilakukan."

Pada usia 89 tahun kini Fontaine tinggal di Toulouse, memiliki dua toko pakaian dan menyaksikan pertandingan sepak bola.

"Saya menghabiskan hari-hari saya bermain belote (permainan kartu Prancis). Selain itu saya menonton Piala Afrika, Premier League, Bundesliga, Serie A, LaLiga," ucap Fontaine dikutip dari Guardian pada 2012.

Nostalgia Piala dunia 2022 Piala Dunia 2022 Qatar Sosok Prancis Timnas Prancis
Ditulis Oleh

Arief Hadi

Posts

12.024

Bagikan