Profil Roberto De Zerbi: Peramu Taktik Andal yang Kemampuannya Diakui Sang Idola

Johan KristiandiJohan Kristiandi - Rabu, 24 Mei 2023
Profil Roberto De Zerbi: Peramu Taktik Andal yang Kemampuannya Diakui Sang Idola
Roberto De Zerbi (Twitter)

BolaSkor.com - Brighton & Hove Albion menjadi kuda hitam pada Premier League musim ini. Alexis Mac Allister dan kawan-kawan sering membuat tim papan atas pulang dengan tangan hampa. Menariknya, di balik penampilan impresif Brighton, ada sosok Roberto De Zerbi yang menjadi peramu taktik.

Brighton membuat sejarah dengan memastikan diri tampil di kompetisi Eropa. The Seagulls saat ini menduduki posisi keenam dengan raihan 61 poin dari 36 laga. Jumlah tersebut sudah cukup memastikan Brighton bermain di kompetisi Eropa musim depan.

Prestasi tersebut tidak lepas dari kemampuan De Zerbi dalam meracik strategi. Sang pelatih punya ide yang jelas dan gaya main yang mengandalkan membangun serangan dari bawah.

Roberto De Zerbi mengawali kariernya di dunia sepak bola sebagai pemain. Ia merupakan jebolan akademi AC Milan. Namun, karena gagal menembus tim utama, De Zerbi memilih hengkang ke Padova pada musim panas 1998.

Jika menilik kariernya sebagai pemain, tidak ada yang spesial dari perjalanan De Zerbi. Sang gelandang serang rajin berganti klub di Italia, seperti memperkuat Foggia, Arezzo, Catania, Napoli, dan Avellino.

Prestasi terbaiknya adalah membawa CFR Cluj menjuarai liga Rumania. Selain itu, ia juga menjadi top skorer Viareggio Cup 1997-1998.

Baca juga:

Erling Haaland Ukir Rekor Berusia 92 Tahun, Winston Churchill Bahkan Belum Jadi PM Ingggris

Rencana Arsenal Usai Gagal Bendung Manchester City Juara Premier League

Tidak Benar Manchester City Ganggu Upaya Liverpool Datangkan Mac Allister

Kecintaan De Zerbi pada sepak bola tidak lantas pupus kendati karier sebagai pemain tidak bersinar. Ia memutuskan menjadi pelatih usai gantung sepatu pada musim 2013-2014.

De Zerbi memulai perjalanan sebagai pelatih dengan menukangi Darfo Boario yang bermain di Serie D. Satu musim berselang, ia menuju Foggia dan meraih gelar Serie C pada 2016. Ia juga mencapai final play-off untuk promosi.

Dengan kiprahnya itu, De Zerbi membuat Palermo terpincut. Kedua pihak resmi bekerja sama pada awal September 2016.

Sayangnya, De Zerbi gagal membayar kepercayaan dengan kemenangan. Palermo justru menelan tujuh kekalahan beruntun. Walhasil, De Zerbi didepak hanya tiga bulan usai ditunjuk.

Kendati demikian, De Zerbi tidak kehilangan peminat. Sang pelatih hengkang ke Benevento pada awal musim 2017-2018.

Akan tetapi, ia kembali menelan pil pahit. Kendati mendapatkan pujian atas gaya permainannya, Benevento kembali turun kasta ke Serie B.

Kurang lebih satu bulan menganggur, De Zerbi mendapatkan tawaran menukangi Sassuolo. De Zerbi yang akrab dengan kegagalan pun memberanikan diri untuk menerima lamaran.

Rupanya, pilihan tersebut terbukti tepat. De Zerbi menunjukkan grafik peningkatan ketika memimpin Sassuolo.

De Zerbi kembali menerapkan filosofi sepak bolanya dengan mengandalkan taktik 4-2-3-1. Tujuan formasi itu adalah menguasai bola, mengundang tim lawan untuk menekan, dan kemudian mengatasinya dengan memainkan bola vertikal.

Ketika memimpin Sassuolo, De Zerbi lebih dari sekadar pemberi tugas. Ia menciptakan hubungan yang erat dengan para pemain. Ia membawa Sassuolo menempati posisi kedelapan pada musim 2019-2020 dan 2020-2021.

Selain itu, De Zerbi juga piawai mengorbitkan pemain. Ia mempromosikan Giacomo Raspadori yang baru berusia 20 tahun ke tim utama. De Zerbi juga menjadi dasar dari pengetahuan taktik sepak bola yang dimiliki gelandang timnas Italia dan Juventus, Manuel Locatelli.

Baca juga:

Sering Blunder, David De Gea Masih Bisa Raih Penghargaan Golden Glove

Musim Depan, Tidak Ada Jaminan David De Gea Jadi Kiper Nomor Satu Manchester United

Punya Orang Dalam, Manchester United Terdepan Datangkan Neymar

Pada saat bersamaan, kemampuan De Zerbi memimpin bursa transfer Sassuolo juga jadi nilai jual lainnya. Ia tidak segan turun gunung untuk membujuk pemain buruan.

Lebih lanjut, De Zerbi juga mengatur siapa saja pemain yang hengkang. Tidak heran, dari 2018 hingga 2020, Sassuolo mendapatkan 150 juta euro hanya dari penjualan pemain.

Setelah kisahnya bersama Sassuolo dirasa cukup, De Zerbi melanjutkan petualangannya dengan menuju Shakhtar Donetsk pada Mei 2021. De Zerbi kembali berkembang pesat di Ukraina dengan memegang teguh kepada filosofi sepak bola yang mengandalkan tekanan tinggi dan mendominasi bola.

Pelatih 43 tahun itu membawa Shakhtar menembus Piala Super Ukraina dan memimpin klasemen liga usai 18 laga. Shakhtar mendulang 49 gol dengan persentase kemenangan mencapai 83,3 persen.

Akan tetapi, invasi militer Rusia ke Ukraina memaksa perputaran karier De Zerbi melambat. Liga dihentikan pada Februari 2022.

Kendati Shakhtar berada di puncak klasemen, tetapi tidak ada gelar yang diberikan. Sang pelatih pun memilih angkat koper dari Shakhtar ketika intensitas peperangan semakin meningkat.

Akhirnya, suratan takdir membawa De Zerbi ke Premier League. Ia menggantikan posisi Graham Potter sebagai pelatih Brighton.

Seperti kisah yang diceritakan di atas, De Zerbi membawa Brighton menjadi pengganggu kenyamanan raksasa Premier League. Dari 37 laga yang dilalui, ia meraih 19 kemenangan, 6 imbang, dan 12 kekalahan. Selain itu, Brighton juga mencapai semifinal Piala FA.

De Zerbi terlihat yahud dalam memadukan pemain yang dimiliki. Meski tidak bertabur bintang, tetapi permainan Brighton terlihat solid dan punya tujuan yang jelas.

Apa yang ditunjukkan De Zerbi pada perjalanan sebagai pelatih tidak terlepas dari pengaruh sang idola, Pep Guardiola. Ia menganalisis sesi latihan Barcelona dan Bayern Munchen ketika Guardiola memimpin.

Irisan De Zerbi dengan Guardiola sudah dimulai sejak lama. De Zerbi yang lahir di Brescia sudah melihat Guardiola bermain di Italia pada awal 2000-an. Guardiola mencicipi sepak bola Italia dengan memperkuat Brescia dan AS Roma.

Bahkan, sejak bertahun-tahun yang lalu Guardiola telah memberi tahu jika suatu saat De Zerbi akan menukangi tim Premier League.

"Guardiola mengatakan jika saya membutuhkan, dia akan dengan senang hati membantu," ujar De Zerbi menceritakan hubungannya dengan Guardiola.

Kemiripan De Zerbi dengan Guardiola pun mendapatkan pengakuan dari Bacary Sagna. Pemain asal Prancis itu pernah berada di bawah asuhan Guardiola ketika di Man City dan kemudian bergabung dengan Benevento yang dilatih De Zerbi pada 2017.

"Sesi latihan Guardiola dan De Zerbi tidak jauh berbeda. Mereka meminta hal yang sama. Saya yakin De Zerbi akan segera bergabung dengan klub top," jelas Sagna.

Obsesi De Zerbi, seperti halnya Guardiola, adalah mendominasi bola dan mengontrol permainan. Tim Sassuolo asuhan De Zerbi memiliki statistik penguasaan bola tertinggi kedua di Serie A pada musim 2019-2020 dengan sekitar 59,5 persen. Jumlah itu hanya kalah dari Inter Milan yang dipimpin Antonio Conte.

De Zerbi biasanya menerapkan peran lebih kepada pemain sayap. Kemudian, bek tengah yang memainkan bola plus seorang playmaker. Bahkan, penjaga gawang juga berperan ketika membangun serangan dengan bertugas menarik pemain lawan.

Guardiola pun tidak ragu memberikan sanjungan atas apa yang ditorehkan De Zerbi di Brighton. Ia meyakini De Zerbi punya masa depan cerah.

"Perhatikan apa yang saya katakan. Saya yakin dengan apa yang saya ungkapkan jika De Zerbi adalah satu di antara manajer paling berpengaruh dalam 20 tahun terakhir. Brighton pantas mendapatkan pujian dan kesuksesan," urai Guardiola.

Pujian Guardiola itu pun bernilai lebih. De Zerbi mendapatkan acungan jempol dari pelatih yang dijadikan panutan. Apalagi, kemampuan dan prestasi Guardiola sebagai pelatih tidak perlu diragukan.

Dengan usianya saat ini, Roberto De Zerbi punya waktu yang panjang untuk terus mengasah keterampilan menjadi juru taktik terbaik. Bahkan, bukan tidak mungkin ia akan melampaui pencapaian sang idola, Pep Guardiola.

Roberto De Zerbi Breaking News Premier League Brighton
Ditulis Oleh

Johan Kristiandi

Life is too short, but i will live for you.
Posts

14.507

Bagikan