Shin Tae-yong, Berawal dari Kampus, ke Panggung Piala Dunia, hingga Terancam Pemecatan

Yusuf AbdillahYusuf Abdillah - Minggu, 21 Juni 2020
Shin Tae-yong, Berawal dari Kampus, ke Panggung Piala Dunia, hingga Terancam Pemecatan
Shin Tae-yong bersama para asistennya di Piala Dunia 2018. (Zimbio)

BolaSkor.com - Nama Shin Tae-yong sedang ramai di media belakangan ini. Pelatih asal Korea Selatan itu menjadi sorotan setelah media Korsel memuat curahan hatinya terkait kerja samanya dengan PSSI.

Juru taktik berusia 51 tahun itu semula dipilih oleh PSSI pada Desember 2019 karena memiliki rekam jejak bagus dan dinilai cocok dengan program jangka panjang sepak bola Indonesia.

"Shin Tae-yong akan menjalani program jangka panjang dengan kontrak empat tahun. Shin Tae-yong dipilih dengan penuh pertimbangan dengan departemen teknik," ujar ketua umum PSSI Mochamad Iriawan kala itu.

Baca Juga:

Curhat Indra Sjafri tentang Shin Tae-yong

Kemenpora Sebut Tak Pernah Melarang Timnas Indonesia U-19 jika Ingin TC di Korea Selatan

"PSSI ingin membangun kekuatan Timnas dengan jangka Panjang. Shin Tae-yong akan membawa asisten dari Korea dan beberapa pelatih lokal."

Shin Tae Yong merupakan pelatih dengan karier gemilang sejak saat menjadi pemain. Selain juara di level domestik, laki-laki kelahiran Yeongdeok itu juga pernah merasakan menjadi juara Liga Champions Asia.

Shin sudah menunjukkan minat pada sepak bola saat masih berusia 18 tahun, dengan bergabung dengan tim di kampusnya Yeungnam University pada 1988. Di sana dia terus menimba ilmu hingga 1991.

Baru pada 1992, Shin memulai kariernya sebagai pemain profesional bersama Seongnam Ilhwa Chunma. Saat itu, dia juga membela Timnas Korsel hingga 1997.

Lahir di Gyeongbuk 11 Oktober 1970, Shin menjadi bagian Taegeuk Warriors pada Piala Asia 1996. Di ajang tersebut dia ikut menyumbang gol ketika Korsel dikalahkan Iran 2-6 di perempat final.

Di level klub, Shin berseragam Seongnam dan tampil sebanyak 296 laga hingga 2004. Selama 13 tahun, Shin Tae Yong total memberikan 14 trofi. Selain 11 trofi level domestik, enam di antaranya merupakan gelar Liga Korea, Shin Tae-yong juga meraih gelar Liga Champions Asia 1995 dan Piala Super Asia 1996.

Tidak saja prestasi bersama klub, Shin juga mengoleksi sejumlah gelar individu. Mulai dari Pemain Muda Terbaik hingga Pemain Terbaik Liga Korea, dan top skor Liga Korea.

Selepas dari Seongnam, Shin hijrah ke Australia untuk bergabung dengan Queeensland Roar FC pada 2005. Prestasi Shin di Queensland Roar tidak terlalu cemerlang. Dia hanya tampil sekali karena cedera pergelangan kaki. Cedera yang akhirnya memaksanya gantung sepatu.

Shin kemudian menerima tawaran menjadi asisten pelatih di klub yang sama. Mengantongi ilmu kepelatihan, Shin dipanggil pulang Seongnam untuk menjadi pelatih caretaker pada 2008. Tak butuh waktu lama bagi Shin untuk naik pangkat menjadi pelatih permanen di Seongnam.

Pilihan Seongnam terbukti jitu, Shin sukses membawa klub menjadi juara Liga Champions Asia 2010 dan Piala FA Korea 2011. Sukses tersebut sudah cukup menjadi modal Shin menjadi sebagai pelatih sementara timnas Korsel pada 2014. Dia mengisi peran yang ditinggalkan Hong Myung-bo yang gagal total di Piala Dunia 2014.

Setelah Korsel menunjuk Uli Stielike sebagai pelatih tim nasional, Shin dipercaya menjadi juru taktik timnas Korsel U-23. Namun, menjadi pelatih timnas Korsel sepertinya sudah menjadi garis tangan Shin. Memegang timnas level muda, Shin sukses membawa timnas U-23 Korea Selatan melaju ke babak perempat final Olimpiade Rio 2016. Shin juga membawa timnas U-23 Korea Selatan menjuarai Piala AFC U-23 di tahun yang sama. Sementara di level U-20, Shin sukses membawa Korsel melaju hingga babak 16 besar Piala Dunia U-20 2017.

Federasi Sepak Bola Korea (KFA) kemudian memecat Stielike yang dinilai tak memuaskan pada 2017. Shin akhirnya kembali dipanggil untuk melatih tim senior. Di tangan Shin Taegeuk Warriors menjadi juara Piala Asia Timur 2017. Tak hanya itu, di bawah asuhan Shin, Korsel juga meraih tiket ke Piala Dunia 2018 di Rusia.

Di Rusia 2018, meski hanya berada di posisi ketiga Grup F dengan mencatat dua kali kalah dan sekali menang, penampilan Korsel di bawah Shin Tae-yong terbilang tidak mengecewakan.

Korsel menutup kiprah di Piala Dunia 2018 dengan mengalahkan sang juara bertahan Jerman, yang wajib menang untuk lolos ke babak selanjutnya. Di Kazan Arena, pasukan Shin Tae-yong melibas Tim Panzer Jerman 2-0 lewat gol yang dicetak Kim Young-gwon dan Son Heung-min. Meski tidak mengecewakan, posisi Shin di timnas Korsel digantikan Paulo Bento.

Shin Tae-yong tidak terlalu lama menganggur. Pada Desember 2019, Shin diminta PSSI menjadi manajer pelatih Timnas Indonesia. Kesepakatan PSSI dengan Shin Tae Yong terjadi pada akhir 2019 dengan penandatanganan kontrak selama empat tahun.

Shin Tae Yong menangani tiga level, timnas senior, Timnas Indonesia U-23, dan Timnas Indonesia U-19 yang diproyeksikan ke Piala Dunia U-20 pada 2021. Namun Shin Tae-yong belum bisa berbuat banyak untuk Timnas Indonesia. Setelah memulai beberapa kali latihan sejak Januari 2020, persiapan di tiga level terhenti karena pandemi virus corona.

Saat persiapan Timnas Indonesia akan dimulai kembali, muncul friksi dengan PSSI. Termasuk soal lokasi pemusatan. Shin meminta latihan di Korea Selatan karena dianggap aman dari virus corona.

Hubungan Shin dengan PSSI kemudian memanas lantaran komentarnya di media Korea Selatan. Dalam pemberitaan-pemberitaan di media Korsel, Shin Tae-yong dikabarkan mengungkapkan sejumlah keluhan di antaranya ketidaknyamanan bekerja sama dengan PSSI dan perselisihannya dengan Indra Sjafri.

Belakangan manajer pelatih Timnas Indonesia, Shin Tae-yong, terancam dipecat PSSI. Hal ini dikarenakan PSSI mengklaim Shin Tae-yong tak kunjung datang ke Jakarta untuk membahas program Timnas Indonesia Senior dan U-19.

Shin Tae-yong PSSI
Ditulis Oleh

Yusuf Abdillah

Posts

6.071

Bagikan