10 Momen Penting yang Pengaruhi Perpisahan Barcelona dan Lionel Messi

Taufik HidayatTaufik Hidayat - Rabu, 11 Agustus 2021
10 Momen Penting yang Pengaruhi Perpisahan Barcelona dan Lionel Messi
Lionel Messi (Twitter)

BolaSkor.com - Perpisahan Barcelona dan Lionel Messi akhirnya tak terhindarkan. La Pulga kini sudah resmi menjadi milik Paris Saint-Germain (PSG).

Barcelona dan Messi sebenarnya merupakan dua hal yang hampir tak terpisahkan. Keduanya seperti sudah ditakdirkan untuk bersatu.

Seperti diketahui, Barcelona sudah meminang Messi saat yang bersangkutan baru berusia 13 tahun. Blaugrana sangat percaya dengan kualitasnya meski memiliki masalah kelainan hormon pertumbuhan.

Baca Juga:

Sejarah Terukir, Lionel Messi Resmi Gabung PSG

Profil Calon-calon Juara dan Kuda Hitam Titel LaLiga 2021-2022

Lionel Messi Melambangkan Barcelona

Perjudian Barcelona berbuah manis karena Messi mampu menjelma menjadi salah satu pesepak bola terbaik sepanjang masa. Berbagai gelar bergengsi sudah dipersembahkannya untuk klub asal Catalunya tersebut.

Hubungan keduanya beberapa kali coba diusik oleh orang ketiga. Klub-klub besar memang sempat menggoda Barcelona dengan tawaran fantastis agar mau menjual Messi.

Meski begitu, segala godaan itu mampu ditolak mentah-mentah. Messi terus menjadi andalan Barcelona selama hampir dua dekade terakhir meski pelatih dan presiden klub datang silih berganti.

Namun akhir cerita cinta Barcelona dan Messi harus berakhir tragis. Keduanya harus berpisah karena keadaan.

Kegagalan memenuhi regulasi batasan beban gaji LaLiga membuat Barcelona tak bisa memperpanjang kontrak Messi. El Barca dengan berat hati terpaksa melepas kapten dan legenda hidupnya tersebut.

Tanda-tanda perpisahan Messi dan Barcelona sebenarnya sudah terlihat sejak lama. Dilansir dari Squawka, setidaknya ada 10 momen yang mempengaruhi hal ini. Berikut rinciannya:

1. Terpilihnya Sandro Rosell sebagai presiden Barcelona

Sandro Rosell menduduki kursi presiden Barcelona pada tahun 2010 menggantikan Joan Laporta. Kepemimpinannya secara tak langsung mengganggu harmonisasi ruang ganti.

Rosell melakukan penghematan besar-besaran yang membuat Guardiola selaku pelatih kurang nyaman. Salah satunya adalah keengganannya membeli bek tengah baru untuk menanggulangi krisis pemain di lini pertahanan pada musim 2010-2011.

Pada musim tersebut, Barcelona sukses meraih treble winners. Lebih dari setengah musim, Javier Mascherano dimodifikasi menjadi bek tengah dadakan.

Kepemimpinan Rosell pada akhirnya tidak membuat nyaman Guardiola. Sang pelatih memilih berpisah pada akhir musim 2011-2012.


2. Kepergian Guardiola dan Tito Vilanova

Kepergian Guardiola dari Barcelona tentunya membuat Messi terpukul. Perkembangan kariernya memang sangat terbantu dengan tangan dingin sang pelatih.

Wajar jika kemudian opsi meninggalkan Barcelona terbersit di pikiran Messi. Namun ditunjuknya Tito Vilanova sebagai pelatih anyar meredam keinginan tersebut.

Tito merupakan tangan kanan Guardiola yang juga memiliki hubungan dekat dengan para pemain. Messi pun tak perlu banyak beradaptasi lagi.

Tito langsung mempersembahkan gelar LaLiga pada musim debutnya. Messi pun bisa tersenyum dan menikmati kariernya kembali di Barcelona.

Namun kebahagiaan tersebut tidak berlangsung lama. Pada musim panas 2013, Vilanova harus mundur dari jabatannya karena menderita kanker kelenjar parotid dan satu tahun kemudian meninggal dunia.


3. Josep Maria Bartomeu jadi pengganti Rosell

Sandro Rosell mengundurkan diri dari jabatannya pada tahun 2014. Ia tersangkut kasus hukum terkait pemalsuan dana transfer Neymar dari Santos.

Mundurnya Rosell harusnya menjadi kabar baik bagi Messi. Namun ditunjuknya Josep Maria Bartomeu sebagai presiden baru justru menghadirkan lebih banyak mimpi buruk.

Barcelona memang mampu meraih treble winners keduanya pada musim 2014-2015 atau tahun pertama kepemimpinan Bartomeu. Namun kesuksesan itu sekaligus menjadi gerbang kehancuran mereka.

Hubungan Bartomeu dengan skuat Barcelona mulai memburuk. Beberapa pemain senior berharap Laporta mampu memenangi pemilihan ulang presiden klub pada 2015.

Namun kesuksesan meraih treble winners membuat Bartomeu mampu memenangi pemilihan ulang tersebut. Hal ini diyakini tidak membuat pemain senior termasuk Messi kurang senang karena berharap Laporta dapat kembali memimpin klub.


4. Remontada kontra PSG

Barcelona membuktikan diri sebagai salah satu tim terbaik dunia saat melakukan comeback fantastis kontra PSG pada babak 16 besar Liga Champions 2016-2017. Namun 'remontada' tersebut juga punya dampak buruk.

Barcelona seperti akan tersingkir karena takluk 0-4 pada leg pertama. Namun Messi dan kawan-kawan secara ajaib mampu bangkit di pertemuan kedua dan menang dengan skor 6-1 atau 6-5 secara agregat.

Sayangnya, Barcelona gagal memanfaatkan momen magis tersebut untuk meraih gelar juara. Tim asuhan Luis Enrique harus tersingkir di babak perempat final oleh Juventus.

Hasil tersebut justru memotivasi PSG untuk berusaha lebih keras lagi pada musim berikutnya. Salah satu langkahnya yaitu dengan membajak Neymar.

Neymar memang salah satu bintang Barcelona yang menonjol saat menang 6-1 atas PSG. Les Parisiens kemudian membajak pemain berkebangsaan Brasil itu dengan dana transfer mencapai 222 juta euro.


5. Kepergian Neymar

Kepergian Neymar pada musim panas 2017 punya pengaruh besar dalam penurunan performa Barcelona. Dana besar dari penjualannya gagal dimanfaatkan Bartomeu untuk mencari pengganti yang sepadan.

Barcelona merespons kepergian Neymar dengan mendatangkan Ousmane Dembele. Namun pemain berkebangsaan Prancis itu kesulitan menunjukkan performa maksimal karena rentan cedera.

Pada paruh musim, Barcelona kemudian memboyong satu bintang lain dalam diri Philippe Coutinho. Namun keputusan ini juga tak terlalu berhasil menyelesaikan masalah usai kepergian Neymar.

Ironisnya, dana yang dikeluarkan Barcelona untuk memboyong Dembele dan Coutinho lebih besar ketimbang hasil penjualan Neymar. Hal ini tentu sebuah ironi dan membuat kepemimpinan Bartomeu mulai digoyang.


6. Tragedi Anfield

Sinyal kepergian Messi dari Barcelona mulai berhembus kencang usai kekalahan tragis dari Liverpool di semifinal Liga Champions 2018-2019. Pemain berkebangsaan Argentina itu tampak sangat frustrasi.

Kekalahan atas Liverpool membuat Messi dan Barcelona absen selama empat musim beruntun di final Liga Champions. Di periode yang sama, Cristiano Ronaldo yang berstatus rival abadinya mampu tiga kali beruntun meraih gelar juara bersama Real Madrid.

Wajar jika kemudian Messi berpikir Barcelona sudah tak kompetitif untuk bersaing di Liga Champions. Godaan dari klub-klub besar Eropa lain seperti Manchester City, PSG, dan Inter Milan mulai berdatangan.


7. Transfer Antoine Griezmann

Barcelona menjawab keresahan Messi dengan memperkuat skuat jelang bergulirnya musim 2019-2020. Mereka sukses membajak Antoine Griezmann dengan mahar sebesar 120 juta euro.

Ironisnya, transfer Griezmann kurang disetujui Messi. Ia lebih berharap manajemen Barcelona memboyong Paulo Dybala.

Masalah ini akhirnya terbawa ke lapangan. Griezmann dan Messi beberapa kali dikabarkan tak akur dan mempengaruhi performa tim secara keseluruhan.

Kondisi internal Barcelona kian memanas setelah Ernesto Valverde dipecat dari kursi pelatih pada Januari 2020. Lalu skandal Barcagate juga ikut terbongkar tak lama kemudian.


8. Pandemi virus corona

Barcelona mencoba bangkit bersama Quique Setien yang ditunjuk sebagai pengganti Valverde. Namun munculnya pandemi virus corona yang sempat membuat kompetisi terhenti sejenak pada Maret 2020 memperburuk situasi.

Kompetisi memang bisa dilanjutkan pada bulan Mei. Namun pertandingan harus digelar tanpa penonton.

Hal ini membuat klub-klub kehilangan pendapatan dari tiket penonton. Sebuah kondisi yang akhirnya membuat beberapa di antaranya mengalami krisis finansial.

Barcelona menjadi salah satu klub yang mengalami masalah serupa. Mereka harus menerapkan kebijakan potong gaji untuk terhindar dari kebangkrutan.


9. Perpanjangan kontrak Messi yang tertunda

Hubungan buruk antara Bartomeu dan Messi menghambat negosiasi perpanjangan kontrak sang kapten. Padahal sisa kontraknya semakin sedikit.

Messi bahkan sempat membuat keputusan untuk meninggalkan Barcelona pada musim panas 2020. Ia ingin memanfaatkan salah satu klausul dalam kontraknya.

Isi klausulnya yaitu Barcelona mengizinkan Messi pergi secara gratis dengan sisa satu tahun kontraknya. Namun keinginan tersebut ditolak mentah-mentah.

Messi akhirnya bertahan di Barcelona dan Bartomeu mundur dari kursi presiden. Sayangnya kondisi ini tidak membuat rencana perpanjangan kontrak berjalan mulus.

Kembalinya Laporta sebagai presiden klub tak terlalu memberi dampak dalam proses perpanjangan kontrak Messi. Krisis finansial Barcelona sudah sangat parah sehingga rencana ini sulit diwujudkan.


10. Tolak bantuan LaLiga

Barcelona sempat mendapat angin dalam proses perpanjangan kontrak Messi. Itu setelah LaLiga rela memberikan suntikan dana sebesar 280 juta euro.

Dengan dana tersebut, Barcelona bisa memenuhi regulasi LaLiga terkait batasan beban gaji. Kendala utama dalam perpanjangan kontrak Messi juga terselesaikan.

Namun Laporta justru menolak bantuan LaLiga. Ia keberatan dengan klausul di balik dana segar tersebut.

Dari bantuan tersebut, Barcelona memang diwajibkan menyerahkan 10 persen pendapatannya dari hak siar ke pihak CVC Capital Partners selaku mitra LaLiga. Masalahnya, kewajiban ini berlangsung selama 50 tahun.

Laporta dan Barcelona dengan berat hati menolak bantuan tersebut. Mereka rela kehilangan Messi ketimbang menggadaikan masa depan klubnya.

Lionel Messi Barcelona Trivia Sepak Bola Breaking News
Ditulis Oleh

Taufik Hidayat

Agen rahasia yang menyamar jadi kuli tinta.
Posts

6.516

Bagikan