Catatan Spesial Hari Ulang Tahun Persebaya ke-92: Tim Satelit Tak Pernah Keluar Orbit

Tengku SufiyantoTengku Sufiyanto - Selasa, 18 Juni 2019
Catatan Spesial Hari Ulang Tahun Persebaya ke-92: Tim Satelit Tak Pernah Keluar Orbit
Persebaya Surabaya. (BolaSkor.com/Grafis)

BolaSkor.com – Karanggayam. Entah sejak kapan salah satu titik di Kecamatan Tambaksari ini begitu identik dengan Persebaya Surabaya. Aktivitas pengurus, tempat latihan tim, keseharian pemain, semua di lakukan di Karanggayam. Konon, Persebaya tak ujuk-ujuk ada di Karanggayam. "Dulu mes Persebaya di Kusuma Bangsa. Sekarang jadi THR (Taman Hiburan Rakyat)," kata Saleh Hanifah, mantan asisten manajer Persebaya.

Karanggayam berada di lokasi yang strategis. Tak jauh dari pusat kota. Amat sangat dekat dengan Stadion Gelora 10 Nopember, Tambaksari. Hanya selemparan batu saja. Sebelum ditutup akibat kerusuhan 3 Juni 2012, Gelora 10 Nopember dan Karanggayam adalah dwitunggal.

Saban pagi atau sore Persebaya berlatih di lapangan Karanggayam. Kemudian, mereka akan bertanding di Gelora 10 Nopember. Selain itu, jika lapangan Karanggayam digunakan oleh tim internal, maka Persebaya berlatih di Gelora 10 Nopember.

Karanggayam merupakan salah satu Kawah candradimuka di sepak bola Indonesia. Tak terhitung berapa jumlah pesepak bola yang lahir dari tempat ini. Baik yang menjadi pemain profesional, atau amatir.

Baca Juga:

PSIS Kecam Hukuman yang Dijatuhkan Komdis ke Pemain Persebaya Elisa Basna

9 Keputusan Sidang Komdis PSSI 14 Juni 2019

Persebaya Surabaya
Evan Dimas (kanan) dan Misbakhus Solikin ketika magang di Persebaya pada 2013 silam. (BolaSkor.com/Keenan Wahab)

Karanggayam tak hanya menempa pemain asli Surabaya. Banyak pemain dari daerah lain di Jawa Timur. Bahkan, ada klub anggota Persebaya yang getol mendatang pemain dari Indonesia timur. Seperti Papua, Maluku dan Nusa Tenggara.

Karanggayam merupakan pabrik pemain. Pemain-pemain ini dicetak, dan kemudian didistribusikan ke Persebaya. Akan tetapi, karena volume yang luar biasa, sementara daya tampung terbatas, maka pengurus Persebaya mencetuskan ide brilian. Mereka menelurkan klub satelit sejak 2009.

Jadi, satu dekade sebelum Persib Bandung mengakuisisi Blitar United, dan menggganti namanya menjadi Persib B, Persebaya sudah terlebih dulu melakukannya. Bedanya, Persebaya tidak membeli klub, mereka membentuknya.

Surabaya Muda adalah ‘adik pertama’ Persebaya. Tim ini muncul pada 2009. Julukannya Young Heroes. Ahmad Rosyidin adalah pelatih pertama yang menukangi tim ini.

Mereka memulai perjalanan dengan berkompetisi di kasta terbawah piramida sepak bola nasional pada saat itu, Divisi III. Surabaya Muda eksis hingga naik kasta ke Divisi I.

Persebaya Surabaya
Fandi Eko Utomo, salah satu pesepak bola jebolan klub satelit Persebaya. (BolaSkor.com/Keenan Wahab)

Kesuksesan itu membuat pengurus Persebaya kembali melahirkan tim baru, yaitu Arek Suroboyo dan Bajul Ijo. Seperti halnya Surabaya Muda, dua tim ini juga merangkak dari kompetisi Divisi III.

Sekarang Surabaya Muda dan Bajul Ijo tak lagi eksis. Sedangkan Arek Suroboyo telah berubah nama menjadi PS AD. Walaupun demikian, Persebaya masih memiliki satu tim satelit yang tersisa. Namanya PS Kota Pahlawan (KoPa).
Klub tersebut dibentuk pada 2018. Tahun kedua sejak Persebaya dipimpin Azrul Ananda. Ahmad Rosyidin kembali naik panggung. Ia didaulat sebagai nakhodanya.

Kiprah PS KoPa cukup mengesankan. Mereka berhasil lolos hingga babak nasional Liga 3 2018. Akan tetapi, mereka gagal menggenggam tiket promosi ke Liga 2 2019.

Membentuk tim satelit adalah langkah tepat agar pemain berkualitas produk Karanggayam tetap berada dalam jangkauan Persebaya. Menjadikan Persebaya sebagai satu-satunya muara dari Karanggayam, tentu saja tak akan ideal.

Apalagi slot pemain Persebaya pasti terbatas. Sementara jumlah pemain yang siap dipanen dari Karanggayam cukup banyak setiap tahunnya. Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah tim satelit yang bisa menampung pemain-pemain agar tidak lari ke klub lain.

Tim satelit juga berfungsi untuk menempa pemain lulusan Karanggayam sebelum promosi ke tim utama Persebaya. Mereka akan mendapatkan jam terbang. Serta pengalaman bermain di sebuah kompetisi. Pengalaman itu penting.
Sebab, atmosfer di kompetisi antarklub tentu berbeda dengan kompetisi internal di Karanggayam. Kompetisi antarklub juga berfungsi untuk mengasah mental. Salah satunya mental ketika menghadapi tim dengan basis suporter fanatik, dengan jumlah yang besar.

Persebaya Surabaya
Winger Persebaya, Oktafianus Fernando juga pernah membela tim satelit Surabaya Muda. (BolaSkor.com/Keenan Wahab)

Memiliki tim satelit sekaligus menjaga rasa cinta, dan bangga para pemain alumni Karanggayam terhadap Persebaya. Juga menambah semangat dan motivasi mereka untuk menembus tim senior Persebaya.

Persebaya adalah puncak dari menara yang ingin dituju pemain yang sedang ditempa di Karanggayam. Oleh sebab itu, bermain di tim satelit Persebaya sama dengan mendekatkan mereka dengan peluang untuk memperkuat skuat utama Green Force.

Pembentukan tim satelit yang dilakukan terbukti sukses. Tiga penggawa Green Force saat ini, yaitu Oktafianus Fernando, Fandi Eko Utomo dan Misbakhus Solikin, adalah jebolan Surabaya Muda, salah satu tim satelit Persebaya.
Selain ketiganya, Surabaya Muda juga menelurkan pemain hebat lainnya seperti Alfonsius Kelvan (Borneo FC), Wahyu Subo Seto (Bhayangkara FC), hingga Evan Dimas Darmono (Barito Putera).

Persebaya juga diuntungkan dengan membentuk tim satelit. Jika membutuhkan pemain baru, mereka tak perlu melirik ke tim-tim lain. Cukup menengok tim satelit untuk mendapatkan apa yang dicari. Selain menghemat tenaga dan waktu, juga meminimalisasi biaya.

Sebab, memiliki tim satelit tak ubahnya berinvestasi untuk masa depan. Dengan demikian, slogan ‘Bangga Beli Asli’ tak sekadar ramai di dunia maya, tetapi juga diimplementasikan di dunia nyata. (Kontributor Keenan Wahab/Surabaya)

Persebaya surabaya Breaking News
Ditulis Oleh

Tengku Sufiyanto

Pencinta sepak bola Indonesia.
Posts

15.017

Bagikan