Legenda Maroko Ungkap Makna Istimewa Duel Kontra Prancis
BolaSkor.com - Duel Prancis kontra Maroko pada semifinal Piala Dunia 2022 lebih dari sekadar pertandingan. Ini menjadi momentum pertemuan dua negara bersaudara yang pernah terlibat konflik.
Prancis memang pernah menjajah wilayah utara Maroko selama 44 tahun sejak 1912. Sementara daerah lainnya menjadi milik Spanyol.
Maroko akhirnya merdeka pada 7 April 1956. Meski begitu, pengaruh Prancis tak sepenuhnya hilang.
Baca Juga:
Prediksi dan Statistik Prancis Vs Maroko: Mencari Penantang Argentina
5 Pemain Kunci bagi Timnas Maroko di Piala Dunia 2022
Kepalang Tanggung, Maroko Berambisi Tembus Final Piala Dunia
Bahasa Prancis menjadi salah satu bahasa yang banyak digunakan masyarakat Maroko. Hal ini membuat hubungan kedua negara relatif terjaga.
Kondisi ini turut berimbas ke dunia sepak bola. Banyak pesepak bola Maroko yang menjadikan Prancis sebagai gerbang masuk untuk berkarier di Eropa.
Dalam skuat Timnas Maroko yang berlaga di Piala Dunia 2022, ada lima pemain yang kini berkarier di Prancis. Mereka adalah Sofiane Boufal (Angers SCO), Achraf Sari (Stade Brestois 29), Achraf Hakimi (Paris Saint-Germain)< Azzedine Ounahi (Angers SCO), dan Zakaria Aboukhlal (Toulouse).
Jasa Prancis dalam kemajuan sepak bola Maroko juga diakui oleh Mustapha Hadji. Legenda Singa Atlas itu bahkan menganggap kedua negara sebagai saudara kembar.
"Bagi saya, Prancis adalah negara saudara karena saya telah mendengar tentang Prancis sejak lahir. Prancis ada di hati kami, ada di dalam darah kami," kata Hadji dilansir dari RMC Sport.
"Prancis adalah saudara kembar kami. Bagi saya Prancis dan Maroko selalu menjadi dua negara bersaudara.”
Hadji menjadi salah satu pesepak bola Maroko yang menimba ilmu di Prancis. Ia meninggalkan negara asalnya sejak berusia 10 tahun untuk masuk ke akademi Nancy.
Hadji kemudian sukses menembus tim utama Nancy dan bertahan selama lima musim. Ia kemudian berpetualang ke berbagai negara Eropa lainnya.
Pertemuan antara Prancis kontra Maroko menimbulkan dilema tersendiri di hati Hadji. Ia tak bisa memilih pemenangnya.
“Tentu saja saya lebih suka Maroko yang meraih kemenangan. Namun bagaimanapun juga, itu tidak boleh melampaui sepak bolanya sendiri meski harus tetap bersejarah," tambahnya.
"Semoga tim terbaik yang menang."