Nostalgia - Ketika Luka Modrid Masuki Panteon Real Madrid

Yusuf AbdillahYusuf Abdillah - Kamis, 27 Agustus 2020
Nostalgia - Ketika Luka Modrid Masuki Panteon Real Madrid
Luka Modric (zimbio)

BolaSkor.com - Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Panteon dapat diartikan kuil (candi) tempat pemujaan dewa atau sekelompok orang termasyhur. Pada 27 Agustus 2012, Luka Modric memasuki panteon bernama Real Madrid, sebuah kuil sepak bola yang dihuni sekelompok pemain bintang.

Mengingat kebesaran klub, publik Real Madrid sempat meragukan Luka Modric ketika diperkenalkan di Santiago Bernabeu pada 27 Agustus 2012. Modric juga membutuhkan beberapa bulan untuk beradaptasi di klub barunya.

Pemain asal Kroasia itu harus rela duduk di bangku cadangan dalam El Clasico pertama di musim itu. Namun, dia berhasil membuktikan dirinya dan menjadi pilihan utama dan segala keraguan tentang dirinya perlahan hilang.

Baca Juga:

Ketika Pablo Escobar Menyuntikkan Narkoba ke Sepak Bola Kolombia

Ketika Pindah ke Wembley Menjadi Bumerang bagi Arsenal

Copa America 2011, Uruguay Pecahkan Rekor Ketika Argentina dan Brasil Melempem

Pada 27 Agustus 2012, Luka Modric memulai perjalanannya bersama Real Madrid. Kini tepat delapan tahun Modric berkostum Los Blancos. Delapan tahun lalu, publik Madrid belum menyadari mereka mendapatkan sosok yang menjadi salah satu kunci penting kesuksesan klub.

Sebagai pemain Real Madrid, Modric sudah memenangkan semuanya, empat Liga Champions, empat Piala Dunia Antarklub, tiga Piala Super Eropa, dua LaLiga, satu Copa del Rey, dan tiga Piala Super Spanyol. Total sudah 343 laga dilakoninya bersama Los Merengues.

Modric baru mencetak gol bagi Real Madrid pada pekan kesepuluh musim 2012-13. Sejak saat itu dia mengemas 22 gol yang kebanyakan lahir lewat sepakan dari luar kotak penalti.

Sukses Modric juga berimbas pada penghargaan individu. Puncaknya ketika dia meraih Ballon d'Or 2018, Pemain Terbaik FIFA 2018, dan Pemain Terbaik UEFA 2018. Tidak ketinggalan bola emas di Piala Dunia 2018.

Luka Modric telah menjadi andalan Real Madrid selama delapan tahun dan secara luas dianggap sebagai salah satu gelandang terbaik di dunia. Tapi itu semua bisa sangat berbeda untuk mantan pemain Tottenham Hotspur.

Modric telah membuktikan dirinya sebagai pemain Spurs yang paling berpengaruh pada saat dia meninggalkan White Hart Lane pada 2012. Tetapi ketika datang ke Real Madrid, pencapaian sebelumnya tidak banyak berarti.

Pemain terbaik di Piala Dunia terakhir? Tidak, Anda bukan pemain terbaik di sini. Bintang Premier League? Tidak masalah, Anda akan mulai lagi di Bernabeu. Begitu kira-kira sambutan yang diterima Modric di Madrid.

Apalagi saat itu Real Madrid adalah Panteon. Modric tiba pada era pra-Decima, dengan pendukung setia yang begitu antusias merayakan pahlawan baru mereka. Di Madrid, mereka yang datang dengan reputasi besar perlu membuktikan di atas lapangan.

Meskipun bergabung dengan banderol sekitar 30 juta poundsterling, Modric pada awalnya tidak mendapatkan jaminan tempat. Hampir setengah dari 25 pertandingan pertamanya untuk Madrid berasal dari bangku cadangan.

Tim asuhan Jose Mourinho telah memenangkan LaLiga musim sebelumnya dengan mencetak 121 gol. Jadi tidak mudah untuk mendapatkan tempat dalam skuat yang penuh dengan pahlawan.

Titik balik datang untuk Modric di Eropa, dalam pertandingan laga Liga Champions melawan Manchester United asuhan Sir Alex Ferguson. Modric menyaksikan dari bangku cadangan saat Danny Welbeck mengejutkan Madrid di leg pertama. Cristiano Ronaldo berhasil menyamakan kedudukan.

Di leg kedua, Modric kembali di bangku cadangan. Segalanya tidak terlihat baik bagi Real ketika United memimpin melalui gol bunuh diri Sergio Ramos.

Real Madrid mendapatkan angin ketika Nani mendapatkan kartu merah. Di sinilah peran Jose Mourinho muncul. Sang pelatih bisa saja memutuskan memasukan pemain lebih berpikiran menyerang seperti Jose Callejon atau Karim Benzema, tetapi dia memilih Modric.

Selama ini Modric dikenal sebagai pemain yang dimainkan untuk menjaga bola agar tetap memimpin, bukan pemain yang dimasukkan saat mengejar gol. Mourinho, bagaimanapun, tampaknya tidak ragu karena mengakui kemampuan Modric untuk memanfaatkan ruang ekstra yang diberikan oleh ketidakhadiran Nani. Tidak butuh 10 menit, keputusan Mourinho terbukti benar.

Pada saat ini menjadi momen seorang pahlawan muncul dengan menghasilkan sesuatu yang tidak bisa dilakukan orang lain dalam situasi yang sama. Dalam kasus Modric, bahkan dia seharusnya tidak mampu melakukannya.

Singkatnya, apa yang dilakukan Modric hampir seperti manusia super. Tidak masalah jika sebelumnya Modric tidak dipandang sebagai pemain yang mampu melakukan magis. Madrid akhirnya menang 2-1 pada laga di Old Trafford setelah Ronaldo mencetak gol kemenangan. Madrid lolos ke perempat final dengan agregat 3-2.

Sejak saat ini, Modric mengukuhkan dirinya sebagai bagian dari panteon Los Blancos.

Nostalgia Real Madrid Luka Modric
Ditulis Oleh

Yusuf Abdillah

Posts

6.117

Bagikan