Nostalgia - Ketika Bill Shankly Putuskan Sudah Saatnya Berhenti Setelah 15 Tahun Besarkan Liverpool

Yusuf AbdillahYusuf Abdillah - Minggu, 12 Juli 2020
Nostalgia - Ketika Bill Shankly Putuskan Sudah Saatnya Berhenti Setelah 15 Tahun Besarkan Liverpool
Bill Shankly (liverpoolfc.com)

BolaSkor.com - "Banyak orang yang mengira sepak bola adalah persoalan hidup dan mati. Saya sungguh kecewa. Sepak bola jauh lebih besar dari sekadar urusan hidup dan mati."

Pernyataan legendaris itu datang dari seorang pelatih legenda, Bill Shankly. Bagi Shankly, pernyataan tersebut adalah keyakinannya. Baginya, sepak bola harus total dan maksimal.

Pada 12 Juli 1974, Bill Shankly memutuskan pensiun. Secara tiba-tiba dia mengatakan mundur sebagai pelatih Liverpool, klub yang dibangunkannya dari mati suri.

Baca Juga:

Nostalgia - Semifinal Piala Dunia 1990, Tangisan Gascoigne di Delle Alpi

Nostalgia - Saat Timnas Inggris Hapus Kutukan Adu Penalti di Piala Dunia

Nostalgia - Ketika Anak Muammar Gaddafi Merumput di Serie A

Shankly adalah legenda sejati, tidak hanya bagi Liverpool, tapi seluruh dunia. Buktinya, berdasarkan poling World Soccer pada 2001, Shankly merupakan pelatih paling legendaris di Britania Raya. Dia mengungguli dua nama pelatih besar lain, Sir Alex Ferguson dan Arsene Wenger.

Bagi suporter Liverpool, Shankly sudah seperti dewa. Dia dianggap sebagai pelatih terbesar. Selama membesut The Reds dari 1959 hingga 1974, Shankly telah membawa Liverpool meraih tiga gelar Liga Inggris, dua Piala FA, tiga Charity Shields, dan satu Piala UEFA.
Namun bukan raihan gelar yang membuat suporter Liverpool mendirikan monumen untuk mengenang Shankly di Stadion Anfield. Laki-laki yang meninggal dunia pada 1981 tersebut dianggap sebagai peletak fondasi kebesaran Liverpool.
Saat kali pertama ditunjuk menjadi pelatih oleh TV Williams yang saat itu presiden Liverpool, pada 1959, Shankly dihadapkan pekerjaan besar. Selain terpuruk di Divisi II, kondisi Liverpool sangat parah. Lapangan hancur, tribun penonton rusak, dan kamar ganti pemain memprihatinkan.

Reformasi total langsung dilaksanakan Shankly. Dia tak hanya berhasil menuntaskan problem internal, tapi juga sukses memberikan sederet gelar, baik di kancah lokal atau Eropa. Dan yang terpenting memberikan dasar-dasar yang kuat bagi para penerus yang dikenal sebagai The Liverpool Way.

Shankly lahir pada 1913 di daerah pertambangan Glenbuck, Skotlandia. Suatu kawasan yang sangat menggemari sepak bola. Pada periode 1890-1940, daerah Glenbuck telah menelurkan lebih dari 50 pesepak bola profesional.

Shankly tumbuh seperti rekan-rekan sebayanya. Bekerja sebagai di penambangan enam hari seminggu. Sebagai pelepas kepenantan, Minggu dijadikan waktu untuk bermain bola. Seiring waktu sepak bola menjadi jalan hidup bagi Shankly untuk mendapatkan kebebasan.

Pada 1932, dia bergabung dengan Carlisle United dan beberapa tahun kemudian pindah ke Preston North End Club. Shankly tercatat pernah memperkuat timnas Skotlandia sebanyak tujuh kali.
Saat berusia 33 tahun, Shankly memutuskan gantung sepatu dan beralih mencoba karier di dunia kepelatihan. Carlisle menjadi klub pertama yang dibesutnya. Kemudian berlanjut ke klub yang lebih besar, Grimbsy, Workington, dan Huddersfield. Tahun 1959 menjadi fase paling penting bagi Shankly.

Saat itulah dia diberi kepercayaan oleh Presiden Liverpool, TV Williams, untuk membenahi The Reds. Tugas yang sangat berat. Kondisi Liverpool saat itu compang-camping dan terpuruk di Divisi II.

Revolusi Shankly dimulai. Untuk pola permainan, Shankly memperkenalkan ilmunya yang kemudian melegenda, the five-a-side games atau passing game. Menurut Shankly, sebenarnya sepak bola itu sederhana, yakni seni mengumpan dan bergerak, pass and move.

Meski sederhana, filosofi Shankly memerlukan kecerdasan berpikir untuk mengumpan dan mencari ruang untuk menerima umpan. Intinya, Shankly menekankan para pemainnya untuk menggunakan otak dalam bermain.

Pembenahan selanjutnya, Shankly meminta tempat latihan di Melwood dibenahi. Selain itu kebiasaan baru pun diterapkan seperti mewajibkan semua pemain berkumpul di Anfield untuk kemudian berbarengan naik bus ke Melwood. Seusai latihan, para pemain kembali diwajibkan ke Anfield bersama-sama sebelum pulang ke rumah masing-masing.

Dan tentu saja muncul prinsip penting yang ditanamkan Shankly untuk membentuk mental juara pada pasukannya. "If you are first you are first. If you are second, you are nothing."

Namun pada Juli 1974, Liverpool dikejutkan dengan keputusan pensiun Shankly. Pasalnya pada musim sebelumnya Liverpool baru saja merebut Piala UEFA. Shankly mengungkap dirinya sudah ingin mundur sejak lima pekan sebelumnya. Namun petinggi klub terus membujuknya untuk bertahan. Namun pada 12 Juli 1974, Shankly akhirnya mengumumkan pensiun sebagai pelatih setelah 15 tahun menangani Liverpool.

"Tekanan semakin terbangun sepanjang 40 tahun dalam permainan ini, saya merasa sudah waktunya untuk istirahat," ujar Shankly.

Meski sudah mengumumkan pensiun, Shankly masih memimpin Liverpool memenangi laga Charity Shield mengalahkan Leeds United. Ini merupakan penampilan terakhir Shankly sebagai manajer Liverpool.

Kecintaan Shankly kepada Liverpool rupanya sangat besar. Dia masih sering berada di tempat latihan Liverpool, melihat anak asuhnya berlatih. Namun kehadirannya acap mengganggu latihan dan membuat pemain lebih mendengarkan Shankly ketimbang pelatih. Alhasil, klub memutuskan melarang Shankly hadir di tempat latihan.

Melihat Liverpool yang ditangani Bob Paisley mampu melanjutkan suksesnya, Shankly kemudian menjadi konsultas untuk berbagai klub, termasuk rival sekota Liverpool, Everton.

Shankly meninggal dunia secara mendadak karena serangan jantung pada September 1981. Pada 1999, namanya ditempatkan di FIFA International Football Hall of Fame.

Nostalgia Liverpool
Ditulis Oleh

Yusuf Abdillah

Posts

6.108

Bagikan