Nostalgia - Ketika Ajax Rinus Michels Mengejutkan Liverpool Bill Shankly pada 1966

Arief HadiArief Hadi - Rabu, 21 Oktober 2020
Nostalgia - Ketika Ajax Rinus Michels Mengejutkan Liverpool Bill Shankly pada 1966
Ajax vs Liverpool pada 1966 (Twitter)

BolaSkor.com - Ajax Amsterdam akan menjamu Liverpool pada laga pertama grup D Liga Champions 2020-2021 di Amsterdam ArenA, Kamis (22/10) pukul 02.00 dini hari WIB. Itu akan jadi pertemuan pertama kedua tim sejak musim 1966-1997 di kompetisi Eropa.

Keduanya klub tradisional di Eropa dengan filosofi sepak bola yang berbeda. Saat ini Liverpool memainkan counter-pressing (serangan balik cepat dengan tekanan tinggi kepada lawan), sementara Ajax tetap menjaga tradisi selama bertahun-tahun.

Tradisi yang dimaksud itu adalah pengembangan pemain muda dari akademi, kemudian ditempa di Jong Ajax (tim muda Ajax), dan dikembangkan di tim utama. Filosofi sepak bola Ajax juga jelas: ofensif, penguasaan bola, dan menghibur penonton.

Selama filosofi dan tradisi itu dijaga Ajax tidak pernah takut untuk terus berkembang meski pemuda-pemuda berbakat mereka pergi ke klub lain seperti Matthijs de Ligt (Juventus), Frenkie de Jong (Barcelona), dan Donny van de Beek (Manchester United).

Baca Juga:

Ajax Amsterdam Vs Liverpool: Jurgen Klopp Bingung Tentukan Komposisi di Lini Pertahanan

Prediksi Ajax Vs Liverpool: Ujian The Reds Tanpa Virgil van Dijk

Frank Lampard Ragu Liverpool Terpengaruh Cedera Virgil van Dijk

Jurgen Klopp

"Jika Anda membicarakan mengenai sepak bola Eropa, Liverpool 100 persen pasti ada di dalamnya, begitu pula Ajax. Salah satu hal menarik dari waktu saya di Dortmund yakni dua pertandingan melawan Ajax," tutur Klopp beberapa waktu lalu.

"Hal ini murni karena alasan personal. Anda membayangkan 'Oke, Anda ingin bermain di stadion ini melawan tim muda yang sangat menarik'."

"Ajax sedikit mengubah filosofi mereka (dengan) mendatangkan beberapa pemain berpengalaman. (Daley) Blind, (Dusan) Tadic ada ,(Quincy) Promes, dan (Davy) Klaassen ada di sana. Beberapa pemain yang memulai karier di Ajax telah kembali. Mereka menggabungkannya dengan para pemain muda berbakat."

"Dua tahun, atau satu setengah tahun, lalu mereka bermain luar biasa di Liga Champions. Cara mereka bermain hebat. Sangat bagus, tetapi kami tak bermain melawan mereka saat itu," terang dia.

Filosofi sepak bola Ajax itu sudah dimulai lama sejak Rinus Michels datang pada 1965 dan melatih hingga 1971, lalu di periode kedua di musim 1975-1976. Liverpool arahan Bill Shankly pernah menerima syok terapi kala kedua tim terakhir bertemu

Liga Champions 1966-1997, Kabut Tebal di Amsterdam

Ajax vs Liverpool

Putaran dua leg satu Piala Eropa (format lama Liga Champions). Pertandingan seyogyanya berlangsung di De Meer Stadion, namun karena banyaknya animo dari penonton dan permintaan tiket dari fans laga dipindahkan ke Olympic Stadium dengan kapasitas yang lebih besar.

Kabut besar menjadi kekhawatiran laga ditunda namun wasit laga Antonio Sbardella memutuskan untuk terus melanjutkan laga, meski daya lihat menurun hingga 46 meter. Tanpa adanya teknologi semutakhir saat ini situasi itu jelas menyulitkan.

Akan tapi laga terus berjalan. Liverpool arahan Bill Shankly jadi tim unggulan atas Ajax yang kekuatannya belum diketahui di Eropa kala itu, meski Ajax menjadi juara Eredivisie musim 1965-1966. Penunjukkan Rinus Michels jadi kunci penting Ajax.

Michels menanamkan filosofi ofensif dalam skuad Ajax pada formasi 4-2-4 yang mengempasiskan pada serangan dan penguasaan bola - gaya sepak bola yang kemudian dikenal sebagai total football. Bill Shankly sampai langsung datang ke Belanda untuk melihat Ajax bertanding.

Kala kedua tim bentrok kejutan pun terjadi di Amsterdam. Di bawah kabut tebal Ajax menang telak 5-1 melalui gol Cees de Wolf, Johan Cruyff, dua gol Klaas Nuninga, dan Henk Groot yang diperkecil Chris Lawler.

Ajax kala itu terkenal dengan pemain mereka Johan Cruyff, sementara Liverpool-nya Shankly punya beberapa pemain Inggris yang menjuarai Piala Dunia 1966 termasuk Roger Hunt.

Bill Shankly

"Pertandingan ini belum berakhir. Kami akan menang dengan mudah. Kami akan mencetak setidaknya tujuh gol. Ini konyol. Ajax memainkan sepak bola defensif di lapangan mereka sendiri. Kami tidak pernah bermain bagus melawan tim-tim defensif," ucap Shankly selepas laga berakhir.

Itu masih kekalahan terparah Liverpool di kompetisi Eropa. Michels khawatir Liverpool bakal bermain agresif di leg kedua di Anfield untuk membalikkan agregat gol.

"Ketakutan kami adalah bahwa Liverpool mungkin mencoba menyingkirkan kami melalui permainan kasar. Mereka menunjukkan beberapa permainan kasar ini di leg pertama dan mereka akan bermain lebih keras di depan pendukung mereka sendiri," tambah Michels.

Untungnya di leg kedua Ajax bermain lebih disiplin dan mampu mempertahankan agresivitas Liverpool yang mengejar gol di kandang mereka. Leg kedua berakhir imbang 2-2 dan Ajax lolos ke perempat final dengan agregat gol 7-3.

Semenjak Michels datang dengan filosofi sepak bolanya, permainan tim terus berkembang dengan total football yang juga dipraktikkan Cruyff di Barcelona, sementara Liverpool sampai saat ini jadi tim tersukses Inggris dengan raihan enam titel Liga Champions.

Breaking News Liverpool Ajax Ajax amsterdam Liga Champions Nostalgia
Ditulis Oleh

Arief Hadi

Posts

12.174

Bagikan