Tragedi Munich, Ketika Petaka Menghancurkan Dinding Rivalitas

Yusuf AbdillahYusuf Abdillah - Sabtu, 06 Februari 2021
Tragedi Munich, Ketika Petaka Menghancurkan Dinding Rivalitas

BolaSkor.com - 6 Februari 1958. Tanggal yang menjadi bagian kelam dalam sejarah sepak bola dunia. Sebuah pesawat British European Airways penerbangan 609 yang berisi pemain Manchester United beserta staf dan awak media mengalami kecelakaan hebat.

Dalam usaha ketiga, pesawat gagal lepas landas di bandara Munich-Riem, Jerman Barat, yang diselimuti salju. Sebanyak 20 dari 44 penumpang tewas seketika, termasuk tujuh pemain Manchester United – Geoff Bent, Roger Byrne, Eddie Colman, Mark Jones, David Pegg, Tommy Taylor, dan Liam Whelan.

Sisa penumpang yang mengalami cedera dan tak sadarkan diri langsung dibawa ke rumah sakit terdekat, Rechts der Isar Hospital. Di tempat ini tiga orang lagi wafat, termasuk bintang United, Duncan Edwards, yang meninggal dunia setelah dirawat 15 hari.

Baca Juga:

Kisah di Balik Kegagalan Ferguson Bantu Man United Rekrut Cavani

Marcus Rashford Puas dengan 'Kekejaman' MU kala Melawan Southampton

Manchester United Disarankan Jual Paul Pogba Sebelum Terlambat

Bagi Manchester United, tragedi ini merupakan pukulan hebat. Pasalnya, saat itu Setan Merah sedang berada di tengah kesuksesan. Skuat asuhan Sir Matt Busby kala itu merupakan salah satu kekuatan besar sepak bola Eropa.

Bahkan, skuat yang dijuluki 'Busby Babes' tersebut saat itu tengah memburu gelar juara Eropa untuk kali pertama. Tragedi Munich terjadi pada saat yang sejatinya menjadi penerbangan membahagiakan karena mereka baru saja sukses melangkah ke semifinal setelah menyisihkan Red Star Belgrade.

Namun, justru di titik nadir inilah, Manchester United menjelma menjadi klub besar seperti saat ini. Sejarah panjang dan besar Manchester United tak mungkin dilepaskan dari tragedi 63 tahun silam.

Musibah pada 6 Februari 1958 itu memang menyesakkan dan menyedihkan, tapi dari situ The Red Devils menjelma menjadi kekuatan sepak bola Inggris yang popularitasnya menembus batas negara.


Meruntuhkan Tembok Rivalitas

Selepas tragedi, kedukaan mendalam dan keputusasaan sempat menyelimuti Manchester United. Tidak sedikit yang pesimistis The Red Devis akan kesulitan menjalani sisa kompetisi, bahkan mempertahankan sukses.

Namun, ketua klub yang saat itu dipegang Harold Hardman, menegaskan tidak akan menyerah oleh situasi. “Di saat paling berat seperti ini pun kami akan melanjutkan program musim ini. Kami berutang kepada publik dan juga sebuah kewajiban kepada sepak bola.”

Sebuah pernyataan yang mengejutkan sekaligus mengundang decak kagum. Mempersiapkan tim yang lebih dari separuh skuat utama tewas tentu bukan tugas yang mudah. Tugas itulah yang dijalankan oleh Jimmy Murphy, asisten Busby yang lolos dari kecelakaan karena tidak ikut rombongan.

Pada momen inilah, sisi kemanusiaan menghancurkan tembok rivalitas. Sebelum tragedi, United sukses menyabet tiga gelar Liga Inggris dan tiga Community Shield. Seharusnya, situasi ini bisa dimanfaatkan oleh klub rival.

Mungkin banyak yang tak menyangka, namun saat itu Liverpool dan Nottingham Forest menjadi dua klub pertama yang menawarkan bantuan. Manajer Liverpool, Bill Shankly, bahkan menawarkan pemainnya. Tak tanggung-tanggung, Shankly menawarkan lima pemain dari skuat inti mereka tanpa membebankan biaya.

"Itu juga membuka banyak mata banyak orang tentang bagaimana kebencian fans telah menghancurkan apa yang dipercaya semua orang adalah ikatan yang tidak bisa dipecahkan antara United dan Liverpool. Tentu saja ada persaingan, tapi tidak ada kebencian," ujar Shankly.

"Liverpool memiliki tempat di hati United karena begitu diumumkan mereka akan melanjutkan (kompetisi) setelah Munich, Liverpool langsung masuk dan menawarkan kepada United pilihan tim cadangan mereka dan bantuan lain yang dibutuhkan."

Tragedi memang menjadi pemersatu. Sebagai kekuatan sepak bola Eropa, Real Madrid sebenarnya bisa saja mengambil kesempatan dari tragedi yang menimpa Manchester United. Namun, justru sebaliknya.

Serupa dengan Liverpool, Los Blancos juga menjadi salah satu pihak pertama yang menawarkan bantuan. Hal ini tidak lepas dari kekaguman Santiago Bernabeu kepada Sir Matt Busby.

Bill Shankly

"Ketika melihat kembali sejarah, Anda bisa melihat apa yang Real Madrid lakukan untuk United setelah tragedi Munich, sungguh luar biasa," ujar John Ludden, penulis buku A Tale of Two Cities: Manchester and Madrid 1957-1968.

Eratnya hubungan Bernabeu dan Busby sendiri bermula dari rasa saling menghormati kedua pihak. Sepuluh bulan sebelum tragedi, Bernabeu sangat terkesan dengan semangat dan kualitas permainan United yang dihuni pemain muda.

Saking kagumnya, Bernabeu menawarkan Busby pekerjaan di Madrid. Busby dengan penuh hormat menolak pinangan tersebut. Bagi Busby, dia hanya ingin juara bersama United. Namun, mimpi Busby membawa Man United menjadi kampiun Eropa hancur oleh tragedi.

Setan Merah kalah di semifinal melawan AC Milan tiga bulan setelah tragedi. Milan sendiri kemudian dikalahkan oleh Real Madrid di final. Dan, Bernabeu mendedikasikan kemenangan Madrid kepada Manchester United.

Selepas itu, Madrid masih terus menawarkan bantuan untuk kembali membangun United, yang kala itu juga sedang kesulitan keuangan. Los Blancos menawarkan pemainnya sebagai pinjaman. Tak tanggung-tanggung, pemain yang ditawarkan adalah Alfredo di Stefano, mesin gol legendaris El Real.

"Bernabeu berbicara dengan Di Stefano tentang hal ini. Dia sebenarnya bersedia dipinjamkan sampai akhir musim dengan perjanjian Man United membayar separuh gaji dan Madrid setengah lagi. Namun saat itu FA memblokir perjanjian tersebut," papar Ludden.

Gagal meminjamkan Di Stefano, Madrid terus memberikan bantuan dalam bentuk lain. Madrid membuat dan menjual merchandise mengenang para korban. Semua uang hasil penjualan diberikan kepada United.

Pihak Madrid juga mengajak para pemain untuk berlibur ke Spanyol untuk bisa melupakan trauma dan kesedihan. Semua tentunya secara cuma-cuma. Los Blancos juga menggelar serangkaian pertandingan persahabatan untuk menggalang dana.

"Setelah tragedi, United bahkan tidak bisa bermimpi bermain di Eropa. Target mereka saat itu, United bertahan di Divisi Satu," kata Ludden lagi.


Tragedi Jadi Awal Kebesaran

Bisa dikatakan, tragedi Munich adalah hal terbaik yang pernah terjadi untuk United.

“Ini sangat berdampak pada keseluruhan aspek di sepak bola, terutama suporter. Ini yang membuat kami lebih bergairah. Suporter ingin Manchester United untuk menjadi yang terbaik,” kata Bobby Charlton, legenda United yang lolos dari tragedi.

Di musim selanjutnya, Busby kembali bekerja untuk membangun ulang United. Dalam rentang lima tahun, beberapa pemain didatangkan dan kemudian menjadi legenda.

Tragedi dan cara United menyikapinya mengundang simpati dan kekaguman dari pemain, lawan, rival, dan semua pihak di dunia sepak bola. Hal ini pula yang membuat United mampu mendatangkan pemain hebat macam George Best.

“Saya tidak sabar untuk sampai di Manchester United,” kata Best yang didatangkan oleh United pada 1961 saat berusia 15 tahun.

“Saya mungkin pendukung Wolves. Saya juga bermimpi bisa bermain di sana. Tapi United adalah klub besar dan tragedi Munich telah menarik simpati khalayak luas”, kata Best.

“Saya mungkin tidak akan tahu Busby adalah manajer United jika tidak ada tragedi Munich. Dia sempat dikatakan akan meninggal. Perannya dalam permainan sangat besar setelah itu. Bisa Anda bayangkan bagaimana perasaan saya, bocah 15 tahun yang datang dari Belfast, ketika saya menjabat tangannya. Rasanya seperti sedang diperkenalkan kepada Tuhan.”

Selang tujuh tahun kemudian, saat Best berusia 22 tahun, dia mencetak gol kedua United saat mengalahkan Benfica 4-1 di Stadion Wembley. United pun menjadi kampiun Eropa. Impian Busby pun terwujud setelah 22 tahun mengabdi di United.

6 Februari 1958, Manchester United berhenti sesaat. Setelah itu, babak baru dimulai.

Tragedi Munich Manchester United Breaking News
Ditulis Oleh

Yusuf Abdillah

Posts

6.117

Bagikan